Punyai 9 mentalitas efektif ini untuk mengelola keuangan kita.

    Milenial, saatnya rencanakan keuangan untuk tahun depan

    Berbicara tentang keuangan- kita tidak bisa mengesampingkan begitu saja dengan menabung dan  manfaatnya. 

    Mental ini yang biasanya orang selalu tidak bisa seimbangkan di dalam diri kita masing-masing. Mentang-mentang mental yang di punyai oleh diri sendiri hanya bisa untuk introvert kita ambil contoh. Orang yang mengatakan diri mereka introvert mereka akan lebih banyak mengurung diri mereka dan tidak memberi diri mereka lebih untuk mencoba terbuka atau bergaul kepada orang-orang di sekeliling mereka. Nah, apakah dengan memberi arti kecil di dalam mental, mereka akan memberi diri mereka sendiri keterbatasan terus-menerus dan tidak lebih mau mencoba berubah? Ini yang seharusnya dapat di garis bawahi jika kita berbicara masalah mental. Mental yang bagaimana di dalam keseharian kita masing-masing yang dapat bertumbuh bahkan terus up-grade bahasa kerennya. Saya bisa berbicara seperti ini karena saya tentunya mengalami hal ini di dalam masalah mental. Saya coba memberi pengertian tersendiri kepada pembaca budiman ya. Kalau mental kita kecil atau lemah di dalam keseharian apakah kita bisa kuat di dalam menghadapi kerasnya kehidupan yang ada di luar atau bisa berhadapan dengan beribu macam karakter di luar sana, yang sama sekali kita tidak mau mencoba untuk mengalahkan diri sendiri dahulu dengan mental yang kita punyai. Karena di dalam tulisan saya yang berikut ini saya akan coba mengupas mentalitas yang efektif di kemudian hari yang di kaitkan dengan pengelolaan keuangan. Entah yang dari profilnya sudah menikah atau belum, yang tua atau muda semuanya kuncinya dari mental kita masing-masing. Baik saya akan coba kupas satu persatu apa saja mentalitas yang sehrusnya kita punyai untuk mengeloka keuangan kita sendiri dengan baik. 

         Berbicara tentang mental akan berhubungan dengan mindset kita masing-masing atau daya pikir kita. Mindset yang kita punyai apakah di segi negatif ataukah positif. Mindset yang tidak mudah untuk kita lakukan di dalam keseharian kita yaitu memberi. Memberi yang seperti apa ini ya itu kembali ke diri kita masing-masing tentunya ya. Apa yang dapat kita coba berikan ke orang-orang yang sekiranya membutuhkan , ke orang yang sudah agak renta misalnya yang memang aktifitasnya membatasi diri mereka sendiri untuk tidak bisa beraktifitas seperti sedianya manusia normal, orang-orang yang terbelakang misalnya yang tentunya butuh tenaga besar untuk dapat menyeimbangkan pekerjaan mereka seperti manusia normal. Di sisi kita sendiri saja misalnya, sedianya manusia normal bisa jadi kalah dengan mereka yang terbelakang atau yang "kurang" tersebut. Bagaimana dengan diri kita sendiri apa yang dapat kita beri kepada orang lain, kita sendiri yang  menentukannya dan mulainya dari mana? Gampang saja kok tentunya, memberi pun belum tentu di lihat dari segi "finansial" belaka. banyak sekali hal yang dapat kita lakukan di dalam memberi. Memberi bantuan kepada pihak yang membutuhkan pertolongan misalnya, memberi waktu dan perhatian kepada teman-teman yang membutuhkan misalnya bisa juga kan ya? Nah, coba kita lakukan hal ini terlebih dahulu di dalam kehidupan kita sehari-hari nantinya kita akan merasakan adanya perbedaan yang berbeda untuk lebih menghidupi diri kita sendiri batin dan asa juga lebih lepas dan berbeda. Memberi saja cukupkah di dalam kehidupan kita sehari-hari ternyata tidak lo, tenang dulu masih ada 8 hal lain yang harus kita kejar dan perhatikan di dalam kehidupan mengelola keuangan kita. 


        Bagaimana dengan kehidupan mengelola keuangan diri kita , level memberi sudah bisa kita tanamkan di dalam keseharian kita? Memberi sudah kita tanamkan di dalam diri kita sendiri itu akan menjadikan habit yang akan biasa kita lakukan tanpa harus di suruh pun. Ada nilai positif di dalam hal memberi ini yang mana nilai tambah akan mempengaruhi diri sendiri dan pekerjaan kita sehari-harinya. Senang tentunya ya kalau hal itu di tambahkan dengan sendirinya di dalam kehidupan pekerjaan dan profil kita dari orang yang mengenal diri kita secara pribadi. Terus lakukan hal memberi tanpa pamrih kepada pihak yang tentunya mengenal kita atau pun yang tidak memberi. Banyak sekali contoh yang dapat saya coba sampaikan di dalam hal ini sosok-sosok kaliber dunia yang memberi tanpa pamrih meski mereka sudah sangat kaya raya dan malah sekali tidak menonjolkan kekayaannya akan tetapi yang di tonjolkan malah sisi memberi atau charity/ donasinya kepada banyak pihak entah yang di kenalnya atau tidak. Bahkan mereka sudah sama sekali tidak memikirkan diri mereka sendiri di dalam keseharian mereka, maksudnya mereka hanya memakai 10 persen dari kekayaan yang mereka punyai sedangkan 90% mereka gunakan untuk charity atau sosial. Intinya seperti ini yang ada di dalam mind set mereka adalah di saat ada orang atau pihak yang membutuhkan pertolongan atau musibah. Di dalam mind set mereka adalah mereka dengan serta merta akan berusaha untuk menolong pihak tersebut tanpa pikir panjang lagi. Coba contoh dan teladani dari pribadi dan cara berpikir dari Bill Gates beserta istrinya. Siapa sih orang yang ada di dunia ini yang sama sekali tidak mengenal dari sosok Bill Gates? Tetapi belum banyak orang yang paham cara kerja yang di lakukan oleh Bill Gates ini. Bagaimana kita mengaplikasikannya di dalam kehidupan kita masing-masing. Hanya diri kita sendiri yang paham bagaimana kita di dalam melakukanya dari segi memberi. Lakukan saja dahulu dan tentunya akan berdampak di dalam kehidupan ekonomi kita, tidak perlu kita pusingkan bagaimana dan apa-apa yang bisa kita beri. 


     Hal memberi seperinya tidak akan bisa kita bahas cukup di dalam sekali kejap saja, akan terlalu banyak contoh di dalam kehidupan nyata yang bisa saya coba untuk share kan ke teman-teman sekalian. Tetapi bagaimanapun kita harus coba masuk ke level selanjutnya yaitu level kejujuran. Hal ini sangat erat kaitannya di dalam mengelola keuangan kita sehari-harinya. Bagaimana tidak kalau kita di cap tidak jujur kalau pun kita sudah di level tinggi atau CEO tapi yang ada kita melakukan hal yang tidak terpuji atau CEO bagaimana kita bisa di hargai oleh anak buah kita sendiri? Itu yang ingin di sampaikan di sini kurang lebihnya. Bagaimana kita mencoba menghargai diri sendri di dalam hal kejujuran. Kita tidak dapat menutup mata bahwa di dalam hal bisnis pun kita harus bisa melihat dengan kepala mata terbuka. Kalau bisnis dan finansial kita mau berjalan dengan baik sedapat mungkin kita harus bisa memberi contoh kepada jajaran kita atau yang lainnya kalau kita bisa di percaya menjadi profil yang patut di tiru dan di teladani. Bisnis kalau kita tidak bisa memberikan kepercayaan sebagai kuncinya hanya akan berdampak fatal bagi kelancarannya sendiri tentunya. Tidak semua hal bisa di beli dengan uang semata ini pepatah yang saya pegang teguh dari pelajaran dan didikan orang tua saya. Kalau mau menjalin hubungan dengan siapa pun kita harus bisa dapat di percayai oleh orang tersebut, rahasia yang di sampaikan oleh orang itu dapat kita pegang teguh. Nah, inilah yang menjadi dasar pemikiran saya tersendiri di dalam hal berbisnis pun. Kalau itu yang kita lakukan di kemudian hari niscaya , partner kita akan senang dan merasa nyaman bergaul dan bergaul dengan kita.  Kita coba lanjut di level berikutnya untuk dapat terus meningatkan level mentalitas kita di dalam mengelola keuangan kita sendiri ya. 


    Level yang selanjutnya dari mentalitas efektif ini adalah ada kata wasiat yang bernama kejujuran. apa yang ada di benak kita semuanya kalau kita mendengar kata yang satu ini di dalam diri kita sendiri? Bagaimana kita menerapkannya di dalam keseharian pekerjaan kita sehari-harinya. Apakah terus kita upayakan dengan sebaik-baiknya untuk mental kejujuran yang satu ini. Terus terang di dalam kehidupan sekarang ini kata jujur ini sudah sangat susah untuk kita dapatkan dan terapkan di dalam keseharian kita. Kita sudah mengesampingkan hal kejujuran di atas hal yang lain-lainnya bisa jadi itu. Kita sepertinya sudah lupa diri kita masing-masing agar dapat bisa menghalalkan hal apa saja yang kita rasa kita sudah sepatutnya untuk kita halalkan. Bila itu yang ada di dalam kepala dan benak kita masing-masing. Bagaimana kita ke depannya dapat mendatangkan keuntungan bagi diri kita dan pihak yang kita rugikan? Adakah kita memikirkan hal yang kita rugikan itu apakah kita bersenang-senang di atas penderitaan orang lain? Coba kita renungkan hal itu baik-baik? Bagaimana kita bisa ke depannya dapat di percaya dengan sedemikian rupa untuk keuntungan bisnis kita sendiri? Mari kita berupaya sebaik mungkin agar kita melakukan kejujuran di dalam tindak tanduk yang kita lakukan saat ini dan di dalam pekerjaan apa pun yang kita lakukan. Agar ke depannya kita dapat berkesinambungan satu dengan yang lainnya di dalam hal apa pun yang kita lakukan. Kejujuran sangat erat kaitannya dengan pekerjaan dan hal lain apa pun yang kita lakukan di dalam kehidupan kita. Jika kita mengutamakan kejujuran terus menerus meski tidak mudah untuk kita lakukan, kita akan mendapatkan pahala tersendiri agar kita dapat di pandang orang memiliki nilai tersendiri di dalam kehidupan kita. Teruslah lakukan kejujuran tanpa harus di minta dan ingin dipandang sesuatu oleh orang lain akan tetapi kita paham sepenuhnya kejujuran itu sangat mahal harganya. Kejujuran sudah kita lakukan selanjutnya mental apa yang sebaiknya kita lakukan? 


     Level yang selanjutnya atau level ke-3 yang sepatutnya kita lakukan adalah berhubungan dengan mengelola pengeluaran kita masing-masing. Apa maksudnya dengan mengelola keuangan? Seperti ini kurang lebih di mana masing-masing dari kita tentunya mempunyai pekerjaan di dalam keseharian kita bukan? Pertanyaannya adalah apakah sudah kita lakukan dengan sebaik-baiknya dari pekerjaan yang kita lakukan ini? Ataukah hanya sembari saja yang penting kita bekerja dan menghasilkan income di tiap bulannya? Atau ada yang bekerja dengan sebaik-baiknya di dalam pekerjaan kita , kita banting tulang dari pagi sampai menjelang malam. Bekerja yang ada di dalam kepala kita sendiri itu seperti apa maknanya? Apakah kita hanya mau untuk hidup pada hari ini atau bulan ini lalu hari-hari dan bulan berikutnya kita tidak bisa menyisihkan dari apa yang kita kerjakan di tiap bulannya? Jangan sampai hal itu terjadi pembaca yang budiman ya. Tentunya bekerja di dalam kajian zaman sekarang dan zaman lampau tidak bisa di sama ratakan sama sekali. 5 tahun , 10 tahun atau seperti apa? Semua kita yang menentukan visi dan misi yang kita jalankan di dalam pekerjaan kita saat-saat ini. Tetapkan visi yang mau kita lakukan terlebih dahulu sisanya biar Tuhan yang lakukan. Di sini yang di garisbawahi adalah bagaimana caraya kita bisa bersyukur di dalam pekerjaan yang kita lakukan saat ini. Karena kita percaya rezeki tentunya sudah di atur oleh Tuhan sendiri. Mindset yang seperti ini yang semoga dapat dipercayakan supaya dapat terus berkembang sejalannya waktu. Terus perbaiki diri dari waktu ke waktu tentunya dan kita siap untuk lanjutkan di level mindset berikutnya di level ke 4 ya pembaca budiman. 


    Kita sampai di level yang ke 4 tidak terasa ya sudah hampir separuh perjalanan yang harus kita masih tempuh tentunya. Ternyata bersyukur saja untuk mencapai level mental yang lebih baik tidak cukup untuk kita lakukan. Bersyukur bukan suatu tindakan nyata yang bisa kita lakukan di dalam kehidupan sehari-hari kita. Kalau saya coba beri pembaca yang budiman mindset yang berhubungan dengan mengelola keuangan kira-kira kita dapat menebak mindset yang seperti apa yang sekiranya harus kita lakukan? Kalau berbicara tentang keuangan tentunya tidak bisa terlepas begitu saja dengan menabung. Sudah tepat belum cara menabung kita di dalam mengelola keuangan kita sendiri? Kalau kita merasa masih belum tepat , hal-hal apa saja yang seharusnya kita rubah agar tentunya kita tidak mengulangi hal yang sama berulang kali. Hal menabung kalau menjadi kebiasaan kita sehari-harinya, artinya kita mempunya mentalitas yang mumpuni bukan seperti kebanyakan orang lakukan. Tentunya kita bisa melihat sendiri dari kaca mata kebiasaan yang orang Indonesia lakukan di dalam hal menabung. Seperti apa yang mereka lakukan di keseharian mereka sehari-harinya? Saya akan coba review sedikit dari gaya hidup orang Indonesia di dalam hal menabung. Menabung sih menabung akan tetapi caranya yang tidak tepat dan sesuai hasil dari menabung pun akan tidak maksimal. Yuk saya akan coba bantu para pembaca sekalian supaya cukup bisa membuka pikiran mereka masing-masing. Di mana-mana sebagian besar tidak perlu di tanya apakah mereka suka menabung apa tidak? Akan tetapi caranya yang keliru praktis hasilnya tidak akan maksimal ok? Nah, review yang ingin saya tanyakan ke pembaca sekalian seperti ini? Mana yang pembaca sekalian anggap yang tepat untuk di lakukan tidak perlu di sampaikan kepada saya , tetapi yang lebih penting adalah untuk di lakukan. Bila pilihannya seperti ini yang ada mana yang akan menjadi pilihan kita. Apakah saat gaji atau income ada di depan mata kita, kita akan menggunakannya terlebih dahulu alias beserta dengan membayar cicilan-cicilan baru sisanya berapa pun jumlah nya kita baru menabung. Atau pilihan keduanya kita akan memilih cara yang lebih bijak yaitu menabung dulu paling tidak di dalam nominal setengah atau 65 persen dari gaji kita baru sisa yang ada baru kita pakai sesuai dengan kebutuhan barang yang ingin kita beli. Seperti itu pertanyaan yang saya coba lemparkan kepada teman-teman sekalian sampai dengan saat ini, masalah menabung akan berhubungan erat dengan gaya hidup kita dan ke niatan yang harus kita lakukan sampai dengan saat ini tentunya. Kalau dua hal itu sudah di penuhi tentunya kita dapat melanjutkan untuk level mentalitas yang selanjutnya yang 6. Siap ya pembaca yang budiman. 


     Kita sekarang masuk di level yang sudah semakin dekat dengan level mindset efektif untuk mengelola keuangan kita sendiri. Level mindset yang ke 6 yaitu kita belajar untuk meminimalkan utang produktif kita dan bukan yang sifatnya konsumtif. Untuk hal yang satu ini saya masih belajar di dalam hal ini. Apa saja yang di maksud dengan hutang konsumtif atau pun yang tidak? Mungkin artian di sini adalah hutang yang dapat kita gunakan untuk keperluan yang penting di bandingkan dengan untuk di gunakan untuk keperluan manusia yang tidak mendasar atau keperluan tersier misalnya dalam artian untuk elektronik atau untuk travelling. Hal itu tentunya menjadi hal yang kurang penting bagi kita untuk kita gunakan di dalam keseharian kita. Nah, sekarang apa yang ada di benak kita masing-masing untuk dapat terus menggunakan dengan sebaiknya dari utang-utang konsumtif yang kita milliki atau pun yang tidak kita miliki saat ini? Apakah kita bisa menggunakannya sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing atau yang sebaliknya? Kita menggunakannya dengan tidak memikirkan untuk jangka masa depan? Apa yang akan terjadi di kemudian hari nantinya bila utang-utang yang kita miliki dampaknya tidak dapat kita bayar sesuai perjanjian yang seharusnya yang tertulis. Mempunyai utang sah-sah saja akan tetapi kita juga harus bisa menggunakannya sesuai dengan apa tertera. Kalau kita merasa belum sanggup untuk membayarnya janganlah kita sampai hati untuk "nekad" tanpa pertimbangan terlebih dahulu. Mari kita hidup bijak secara di situasi yang seperti ini, kita tidak bisa lagi bersenang-senang untuk tidak menggunakan kehidupan kita lebih baik lagi hari lepas hari. Berpikir lebih bijaksana saat kita membeli barang-barang yang akan kita beli nantinya. Jadi intinya adalah sah-sah saja saat kita membeli barang untuk keperluan kita, akan tetapi yang ada barang tersebut sudah di tangan pembeli beberapa lama, beberapa bulan malah kita terlilit utang dan hidup kita di kejar debt collector.  Jadikan pembelajaran di dalam hidup kita untuk lebih bijaksana di dalam menata kehidupan finansial kita ke depannya. Bahwa hidup ini bukan untuk asal-asalan di jalani tetapi ada makna yang tersirat di dalam masa panen kita jangan befoya-foya di dalam menggunakan uang kita, akan tetapi kita mampu mempunyai pemikiran untuk memyimpan uang kita yang mana kita tidak akan tahu kapan akan terjadi masa krisis di dalam kehidupan kita masing-masing. Mari, kita berikan yang terbaik di dalam kehidupan kita agar kita bisa mengatur dan menggunakan kehidupan kita yang tersisa kita lebih baik lagi. Akhirnya tersisa 3 level mindset ini yang akan dapat kita gunakan ke depannya lagi lebih baik. 


         Setelah membahas sedikit tentang mana- mana yang menjadi kebutuhan atau keinginan manusia sehari-harinya yang di kaitkan dengan memilih utang produktif di bandingkan dengan utang konsumtif sehari-hari yang kita miliki saat ini. Masuklah kita ke mindset yang hampir menuju akhir dari mentalitas efektif di dalam mengelola keungan kita sendiri. Mental yang ke-7 ini tentunya tidak kalah pentingnya di banding dengan mental-mental lainnya yang mana tau kita belum tau. Mental yang ke-7 ini berkaitan dengan mental membahas pentingnya proteksi untuk meminimalkan resiko finansial di dalam diri kita sendiri. Apa yang terlintas di dalam diri kita sendiri mengenai proteksi ini lalu? Ah, tidak perlu lah saya kan sehat walafiat bahkan riwayat sakit parah-parah saja sama sekali saya tidak memilikinya. Lalu, ngapain saya beli yang anda tawarkan lihat nih saya sehat kan sampai dengan sekarang tanpa kurang satu apa pun? Hal lainnya adalah barang ini unik lagi di saat nantinya ( apabila ) kita terkena penyakit mau ringan, mau besar sampai ke yang parah saat kita ditawarkan barang ini kita memakai alasan saya kan punya uang yang cukup banyak di saat misalnya saya nantinya sakit, maaf kata saudara-saudari sekalian saat kita punya uang seberapa banyaknya asuransi tidak akan bisa mengizinkan kita untuk memiliki atau membeli asuransi ini. Ya katakanlah perusahaan mana sih yang mengizinkan stafnya yang meskipun fresh dan berotak encer tetapi di dalam tubuh dirinya anda menderita penyakit tertentu. Justru asuransi hanya mengizinkan kita yang masih sehat walafiat untuk dapat di beli. Ingat dan perhatikan hal itu ya saudara-saudari sekalian.  Saya tidak perlu proteksi karena saya belum membutuhkannya, ya justru karena belum butuh saya tawarkan ke bapak dan ibu sekalian. Barang ini memang unik , karena di tawarkan saat kita semuanya belum membutuhkan barang ini. Ibaratnya nih ya saat cuaca mendung berlanjut ke gelap gulita lalu gerimis dan hujan. Memangnya di saat itu kita cari payung mudah ya di mana-mana teman-teman sekalian? Coba kita bayangkan dan renungkan?  Tidak perlu sombong dan bermegah diri di saat kita di tawarkan produk ini dari siapa pun teman-teman sekalian. Kita singkirkan sedikit asuransi yang berbau proteksi boleh ya? Sekarang coba izinkan saya menanyakan pertanyaan ini ke teman-teman sekalian ya buka pikiran kalian dan coba di jawab sejujur-jujurnya ok? Jika kita ke toko-toko elektronik ya yang sudah cukup lama kita incar, lalu adakah dari kita yang tanyakan di saat ibu-ibu mau membeli blender, mesin cuci atau kulkas begitu ya ke toko tujuan kita berada. Kita akan dengan santainya hanya melihat-melihat dan memilih barang dan spek sesuai pilihan kita lalu kita dengan santainya mengeloyor ke toko itu tanpa menanyakan " eh mbak atau mas kulkas saya tidak apa kok kalo memang tidak ada garansinya, tapi saya di kasih harga agak murah kalo tidak pakai garansi ya mas yang baik. Apakah kita akan mengatakan kalimat itu kepada sang penjual yang ada di toko elektronik tersebut? Maaf kata teman-teman saya harus mengatakan kepada anda, anda ( sedikit ) bodoh namanya kalau begitu. Hari gini mana ada sih barang elektronik yang tidak menawarkan garansi kepada pembelinya? Itu sudah 1 paket yang ada di dalam setiap barang elektronik yang ada. Di sini pemahamannya adalah kita bersikap rasional sendiri di dalam diri kita sendiri saudara-saudari sekalian. Benda mati yang ada dengan kalian mobil, rumah atau barang elektronik saja anda rela untuk garansikan atau asuransikan. Akan tetapi jika anda sendiri ditawarkan untuk garansi yang jatuhnya asuransi sampai ke proteksi jiwa atau kesehatan anda sudah ambil langkah seribu untuk menjauhi yang baru mau sharing lo belum sampai ke propek dan menawarkan produk. Coba deh kita buka mindset kita baik untuk hal yang satu ini, jangan menghindarinya terlebih dahulu jangan antipati yang terlalu berlebihan yang ada kalau ada apa-apa dengan diri anda sendiri. Mulai dari sakit, kecelakaan, yang berdampak pada cacat, meninggal dan tidak dapat bekerja lagi. Apa yang dapatt anda lakukan untuk diri anda dan terlebih keluarga anda yang anda sayangi. Anda tidak perlu membual diri dengan mengatakan saya sayang kok keluarga diri kita kalau kita hanya memberikan income dari pekerjaan kita sehari-hari saja maaf kata hari gimi belum cukup. Jadi izinkan saya untuk menyampaikan bahwa memiliki proteksi hari gini sudah menjadi kebutuhan bagi kita semuanya bukan keinginan semata lagi. Kita semua yang bekerja layaknya sebagai financial protection wealth tetap melakukan tugas kami masing-masing di garda utama pertahanan untuk teman-teman, saudara-saudara kami tercinta memastikan dengan pasti bahwa mereka sudah terproteksi bukan dengan ala-ala BPJS saja akan tetapi dengan proteksi yang benar dan tepat sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing dan kesanggupan membayar di finansial mereka. Semoga mental yang ke-7 ini dapat di pahami dengan baik lagi agar tidak terjadi lagi kisah brother asraf Sinclair atau pun Brother Glenn Fredly lainnya di dalam kehidupan kita masing-masing. Yok mari kita miliki mental memiliki proteksi ini tanpa menunda-nunda lebih lama lagi. 


     Kita sampai ke mental yang ke-8 kali ini yaitu kita harus bisa memiliki investasi untuk diri kita sendiri. Yang  mana tujuan nya untuk masa depan kita sendiri tujuan berinvestasi itu sendiri. Apa yang belum menjadi impian dari diri kita sendiri dapat kita wujudkan dengan cara berinvstasi. Investasi yang seperti apa yangf ada di dalam benak kita masing-masing. Ok kita mulai dengan hal yang sederhana terlebih dahulu ya, Pelajaran dasar investasi mendasar tentunya di ajarkan di rumah kita masing-masing dari orang tua kita. Di mana di saat kita masih minum pengetahuan kita di " ilmu pengetahuan" di luar rumah pun , orang tua kita dengan telaten dan sabar mengajakrkan hal untuk menabung dengan baik dan tepat dari uang saku yang di berikan oleh mereka masing-masing per harinya. Tujuan uang saku itu tentunya tidak serta merta untuk kita habiskan begitu saja dan tidak di kisahkan cerita menarik di balik uang saku itu sendiri bagaimana kita memakai atau membelanjakannya untuk keperluan kita sehari-harinya. Petuah dari orang tua yang baik terutama dari bunda kita masing-masing tentunya mengajarkan bahwa uang saku yang di berikan oleh orang tua kita bukanlah untuk di habiskan sekaligus di hari itu juga. Akan tetapi tentunya harus di bawa pulang lagi dengan sejumlah uang untuk di tabung. Bunda kita dengan muka berseri menyampaikannya bahwa ini ada celengen ayam yang mana isinya sedapat mungkin kita tabung untuk di tabung tentunya. Buat saya ini adalah pengalaman mendasar dari berinvestasi yang paling dasar yang bisa kita terakpan di dalam kehidupan kita nantinya yang akan datang. Kalau hal ini sudah kita lakukan, hal lain tentang investasi dapat pula kita lakukan lebih tepat dan mengena pada sasaran lagi. selanjutnya nanti saya akan coba sampaikan bagaimana caranya kita berinvestasi dengan baik lagi dari jangka panjang investasi sejak dini. 


  

    Saya coba sampaikan hal investasi ini, yaang  mana tujuannya kita bisa mendapatkan keuntungan lebih baik lagi bagi kita sendirinya. Kurun waktunya pun sudah di sampaikan di sini yang mana kita harus bisa mendapatkan keuntungan satu sampai tiga tahun ke depan atau lebih cepat lagi lebih bagus tentunya. Dengan cara seperti itu kita bisa memberikan keuntungan maksimal yang lebih cepat lagi. Dengan kata lain nya, investasi jangka panjang bisa kita dapatkan meskipun returnnya juga akan lebih kecil lagi bisa jadi. Nah, pendek kata , saya akan coba bagi kategori investasi jangka pendek ini ke delam dua bagian  agar dapat coba di mengerti. Di antaranya adalah investasi dana reksa dan investasi lending contohnya adalah modal rakyat. Di sini kita bisa dengan bebas memilih investasi mana saja yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kocek kita masing-masing. Kalau ada investasi jangka pendek tentunya ada investasi jangka panjang ya. Untuk perbedaan di dalam investasi jangka panjang ini akan membutuhkan waktu yang lebih lama lagi supaya hasilnya bisa kita menikmati. Di investasi jangka panjang ini keuntungan yang bisa dapatkan di dalam kurun waktu 3 , 5 , atau bahkan sampai belasan hingga waktu yang akan datang.  Nah, pilihan investasi  di tangan kita masing teman-teman sekalian investasi mana yang akan kita pilih nantinya. Salah satunya manfaat investasi tentunya bagi masing-masing orang supaya bisa meraih kebebasan di dalam financial freedom. Anda semuanya mau kan tentunya, kalau begitu mari kita "...." supaya kita bisa meraih manfaat dari investasi ini lebih lagi. 

Manfaat Investasi
Anda sudah tahu pengertian investasi. Anda juga sudah mengetahui dua jenis investasi yakni investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang. Dalam uraian berikut ini, Anda dapat mengetahui manfaat melakukan investasi.

.

     Siapapun jika di tanya yang mau meraih financial freedom jawaban mereka pastinya mau tanpa terkecuali. Tetapi cara di dalam meraih financial freedom itu apakah kita sudah paham dan tahu? Atau arti dari financial freedom itu sendiri kita sudah paham? Bagi yang belum paham arti dari financial freedom itu sendiri artiannya adalah kebebasan finansial ketika kondisi anda di saat passive income pun anda masih bisa memenuhi kebutuhan dan gaya hidup anda sendiri. Itu baru yang dinamakan dengan finansial freedom. Passive income atau pendapatan pasif ini tentunya bisa kita dapatkan salah satunya dari return investasi kita masing-masing. Anda tidak perlu bekerja atau mengejar karier kita dengan terlalu ngoyo yang ada nantinya di pekerjaan anda sendiri anda tidak bisa menghasilkan hasil yang maksimal karena terlalu berlebihan di dalam bekerja. Pengertian di dalam passive income ini sendiri adalah pendapatan pasif yang bisa kita dapatkan dari return investasi di saat kita bekerja. Nah, jika kita memiliki investasi dengan return yang cukup baik untuk memenuhi kebutuhan. Anda tentunya tidak perlu lagi bergantung lagi pada pekerjaan kita untuk memperoleh pendapatan. Pertanyaan yang perlu kita kaji? Apakah hal itu mungkin? Tentu saja mungkin kalau kita melakukan investasi mulai dari sekarang dan tidak di tunda-tunda lagi. Yang perlu untuk kita pahami lebih lagi tentang investasi yaitu manfaat dari investasi ini sendiri. 


    Apakah kita sudah paham manfaat dari investasi ini sendiri? Mari kita coba bedah satu persatu ya, siapa tahu saat kita mempelajarinya lebih dalam kita akan menemukan hal baru lainnya. Manfaat yang pertama dari investasi tak lain dan tak bukan adalah untuk meningkatkan kekayaan dan nilai aset. Artinya seperti apa? Sejauh yang kita pahami investasi yang kita miliki paling mendasar misalnya tabungan kita yang ada di bank-bank terdekat di hati kita dengan bermodalkan bunga tabungan 3 persen tiap tahunnya. Untuk investasi jenis jangka panjang ini, kita ke depannya bisa merasakan dampaknya yaitu efek compounding. Sederhananya adalah efek compounding ini adalah efek dengan bunga bergulung yang mana artinya adalah aset investasi kita di saat menghasilkan keuntungan berkelanjutan. Istilah ini juga di kenal sebagai bunga berbunga. Di mana efek ini gunanya untuk meningkatkan nilai aset kita sendiri di dalam investasi yang sedang di lakukan. Semoga investasi dalam jangka panjang ini kita lebih bisa melakukan hal yang lebih baik lagi. 


    
     Nah, sekarang kita sampai ke dalam manfaat ke dua di manfaat investasi ini sendiri. Mari kita terus belajar lebih dari investasi ini sendiri supaya kita makin memahami manfaat investasi jangka panjang ini sendiri. Kita sampai ke manfaat mengelola investasi yang ke-2 yaitu untuk memenuhi kebutuhan yang tentunya memerlukan biaya yang tidak sedikit alias besar. Di bahas di bahasan sebelumnya bahwa jika kita ingin berinvestasi di jangka pendek hanya memenuhi kebutuhan di jangka pendek pula. Sama halnya dengan investasi jangka panjang hanya memenuhi kebutuhan di jangka panjang kita. Investasi tentunya dapat memenuhi kebutuhan kita semuanya yang mana harus kita ingat pastinya akan memerlukan biaya yang tidak sedikit. Jadi, ada baiknya bagi kita yang mempunyai rencana untuk berinvestasi apakah dalam jangka panjang atau pendek kita memikirkannya lebih baik lagi untung ruginya. Salah satu manfaaat dari investasi ini jika kita belum paham yaitu untuk melindungi kondisi finansial kita sendiri dari inflasi yang sedang bergejolak. Kita tentunya tidak pernah tau bagaimana kondisi inflasi ekonomi yang sedang terjadi di dalam negeri maupun di luar negeri secara umum. Untuk itu kita sedapat mungkin untuk menjaga keamanan dari finansial kita, cara cerdas yang dianjurkan adalah dengan melakukan cara berinvestasi yang cerdas dan tepat sesuai dengan kebutuhan kondisi finansial kita masing-masing. Lalu, inflasi itu sendiri sebenarnya seperti apa dan manfaatnya bagi finansial kita ini apa ya? 

    Kalau rata-rata dari kita kurang paham apa yang dimaksud dengan inflasi saya coba berikan gambarannya. Di anjurkan dari kita untuk melakukan investasi karena mau sampai kapan pun kita tidak akan bisa melawan yang namanya inflasi ini sendiri. Sebagai contoh sudah barang tentu kita akan mempercayakan dan menyimpan uang kita di bank-bank yang terpercaya di Indonesia. Bagaimana kita bisa mempercayakan sepenuhnya uang kita yang kita taruh di bank jika bank hanya bisa memberikan return atau bunga flat 0,5 - 1,5 % per tahunnya. Jumlah ini jika kita coba bandingkan dengan nilai yang bisa diberikan oleh investasi-investasi yang ada, bunga dari bank ini terlalu kecil. Karena itu untuk berinvestasi pun kita harus cerdas dan cermat tujuannya agar investasi kita tidaklah tergerus nilainya begitu saja oleh inflasi. Pilihlah dengan cerdas investasi yang ada agar kita bisa mendapatkan keuntungan tanpa harus di rugikan oleh inlasi yang ada di Indonesia. Semoga mindset kita makin di bukakan lebih baik lagi sampai di level ke-8 ini yaitu untuk melakukan investasi agar ke depannya dari level mindset yang sudah coba di share kita tidak berdiam diri begitu saja, tetapi melakukan aksi untuk melindungi aset finansial kita sendiri. Bertahanlah pembaca budiman tinggal selangkah mindset lagi yang perlu kita dengar dan lakukan tentunya. 

      Mindset yang terakhir yang ke-8 akan berbicara tentang tujuan kita di dalam menghasilkan uang bukanlah sekedar menghasilkan begitu saja akan tetapi lebih kepada memberi. Memberi pun tentunya maknanya luas dan terus berkembang dari yang sebelumnya. Apa yang ada di benak kita , kalau saya coba lempar pertanyaan memberi ini kepada pembaca yang budiman? Memberi dalam konteks finansial, apa yang ada di dalam benak kita pembaca? Tentunya responnya akan bermacam-macam ya. Mulai dari yang memberi jawaban dengan senang hati sampai dengan acuh tak acuh. Kembali di sini, memberi ini balik kepada kita masing-masing yang akan melakukannya. Kalau kita memberi itu sudah menjadi bagian dari gaya hidupnya tersendiri, memberi pun tidak akan menjadi masalah. Tetapi kalau belum yang terbiasa untuk memberi, hal ini harus dibiasakan dahulu atau di asah terlebih dahulu. Saya tidak menyampaikannya di sini kika memberi untuk konteks finansial ini, jumlahnya harus dalam jumlah yang besar ya akan tetapi tergantung dari kerelaan hati kita masing-masing yang akan menggerakkannya. Kalau kata hati tidak merasa tergerak ya kita tidak akan tergerak untuk memberi. Ada pepatah bagus yang saya katakan perlu untuk kita contoh, isinya seperti ini : In order to get, you must to give. Pepatah ini yang saya coba pegang ke depannya, bahwa kita tidak bisa hanya berpangku tangan di saat kita ingin atau mau mendapatkan sesuatu akan tetapi kita harus memberi dahulu supaya kita bisa mendapatkan apa yang menjadi kebutuhan kita masing-masing. Kita bisa belajar dari sosok seorang milyuner di dunia ini, tetapi yang beliau dengan pasangannya mencoba memilih adalah beliau mendedikasikan dirinya menjadi seorang " philantropis". Di mana dari seluruh kekayaan yang menjadi bagian dari dirinya, ia hanya menggunakannya sebesar 10% saja sedang 90% nya ia sama sekali dedikasikan untuk hal sosial. Ia pun membentuk Yayasan Bill gates foundation bagi hal-hal yang berbau kesehatan atau hal lainnya. Sosok beliau tentunya patut untuk kita contoh , bagi kita semua bahwa di dalam hal memberi ini kita banyak menemukan sekali makna kehidupan yang belum pernah kita temukan sebelumnya. Bisa saja hal itu kita lebih paham tentang makna cinta , bagaimana orang survive di dalam kelaparan dan lain sebagainya. Mari kita semuanya terus memberi di dala, kehidupan ini, sehingga kita tidak pernah "haus" akan makna "memberi" yang sesungguhnya ini di dalam diri kita ini lagi. Dengan memberi ini kita akan paham bahwa hati nurani dan mindset kita adalah memberi. Hal memberi di sini di kaitkan bahwa tujuan kita menghasilkan uang ini adalah kembali untuk memberi. Jadi disini bisa saya coba sampaikan bahwa tujuan kita bekerja adalah kembali untuk memberi. Memberi yang bagaimana ya itu letaknya dari kerelaan hati kita masing-masing. 








    


     

 


    
    
      



    

   
       

    

      

        


Comments