Ketelodoran dihargai dengan kejujuran tingkat tinggi



   Ketelodoran dihargai dengan kejujuran tingkat tinggi

Image may contain: 2 people, including Melina Purnomo, people standing
    Serah terima tas tangan pribadi saya dari petugas langsung aka Petugas                          Sammy  Sidauruk - Koordinator Petugas Busway area Harmoni. 



  Hari ini saya kembali bersyukur dan berterima kasih untuk sebuah kejujuran yang saya tidak bisa ukur lagi nilainya. Di dunia yang sudah begitu tidak dapat di nilai lagi dari sosok kita masing-masing mana-mana yang dari kita semua yang masih bisa menebarkan kejujuran dari dalam lubuk hati mereka masing-masing. Hal kejujuran sudah sangat minim saat ini bila terjadi di dalam kehidupan kita masing-masing. Kejujuran merupakan hal kesekian yang menjadi prioritas di dalam kehidupan kita masing-masing. Bagaimanapun hal ini tidak dapat kita pungkiri, meski pelajaran moral lesson ini menjadi pelajaran moral dasar di dalam keluarga ataukah di sekolah kita yang di ajarkan tanpa pengecualian. Entah di ajarkan oleh orang tua , ayah dan ibu kita masing-masing. Kita harus bisa berlaku dan bertutur kata jujur sebisa mungkin kepada siapa pun anak-anak ku sekalian. Begitulah petuah yang sangat mendasar kepada masing-masing anak-anaknya. Alasannya tentunya kejujuran itu sangat mahal harganya dan tidak bisa di tukar dengan apapun juga yang ada di dunia ini.

Kejujuran itu seperti halnya dengan “garam” yang kita bubuhkan di dalam setiap makanan atau masakan yang kita bubuhkan setiap kali. Analoginya adalah kejujuran itu sifatnya sangat pas di setiap imbuhan tutur kata dan perbuatan yang kita lakukan kepada setiap orang dan pribadi yang kita jumpai. Bahkan tragisnya adalah seperti ini, kita boleh saja terlahir miskin atau “ di bawah level” kemiskinan finansial kita, tetapi kita jangan sampai melakukan hal yang mengandung unsur ketidak jujuran atau kata lainnya mengambil hak yang bukan milik kita sendiri apa pun alasan kita sendiri. Lalu apa hubungannya dengan yang saya sampaikan di dalam tulisan saya ketelodoran di hargai dengan kejujuran tingkat tinggi. Hal ini , hari ini Rabu 15 April 2020 di sore menjelang malam kembali saya mendapatkan pelajaran berharga bahwa masih ada orang-orang di ibu kota negeri kita sendiri yang sangat menjunjung tinggi arti dari kejujuran ini sendiri. Semoga orang-orang yang melakukan hal ini selalu di berkahi Tuhan YME semata.

Hal ini langsung ku tulisa di dalam tulisan saya yang bertajuk ketelodoran di hargai kejujuran tingkat tinggi. Biarlah pembaca budiman yang membaca tulisan saya ini akan selalu menjunjung tinggi adanya kejujuran yang sudah mereka dapatkan pelajarannya sampai akhir hayat mereka. Karena dampak dari kejujuran itu sungguh tidak dapat di tukar dengan hal apapun yang ada di muka bumi ini. Misalnya yang saya sampaikan di atas, bahkan semiskin apapun level dari ekonomi kita sendiri, orang tua dari “ si miskin” menekankan untuk tidak melakuakn tindakan ke arah kriminal bisa fatal akibatnya. Nama kita menjadi buruk bahkan di black list dan di pandang sebelah mata bisa saja kan. Bagaimana ke depannya lalu? Kita akan sulit bergaul atau sulit mempunyai teman dekat untuk bergaul dengan enak dan nyaman. Ini tidak ingin kita dapatkan tentu saja? Lebih baik kita tidak mempunyai pekerjaan atau perut kita terasa perih karena berkat belum menghampiri kita. Akan tetapi kita jangan sampai mengambil hak yang bukan menjadi milik kita sendiri, fatal sekali akibatnya.

Ada kisah nyata yang sebetulnya menjadi kisah kontradiksi atau kebalikan dari yang saya coba sampaikan di atas, di mana orang tua dari si pemilik kehidupan” di bawah rata-rata ekonomi “ ini menasehatkan kepada anak-anak mereka bahwa pantang adanya untuk bertindak kriminal untuk alasan apapun karena akan fatal adanya meski dalam keadaan terdesak atau urgent sekalipun. Tetapi bagaimana jadinya andaikata ada seorang anak laki-laki yang kira-kira masih duduk di bangku sekolah dasar dan sedang di perhatikan gerak-geriknya oleh wanita penjual bakpao hangat yang cukup terkenal sepertinya. Sang istri mengatakan kepada suaminya “ coba lihat anak laki-laki itu dari sorotan mata dan gerak-geriknya seperinya ada yang kurang wajar. Ah, itu perasaan alam bawah sadar kamu saja mungkin. Wanita itu mengatakan hal itu bukan tanpa alasan, tetapi mengapa anak laki-laki itu dari matanya menyiratkan hal yang aneh seperti sedang menunggu sesuatu. Lalu, mengapa anak laki-laki itu berdiri cukup lama di sekitar jualan “ bakpao” mereka. Sudah tidak baik kalau berprasangka buruk kamu bahkan terhadap anak kecil sekalipun. Dan akhirnya kejadian itu terjadi juga, di mana makhluk wanita biasanya yang mempunyai insting lebih tajam dari pria itu kejadian itu. Tak lama dengan gerak yang tangkas dan cepat anak laki-laki itu mengambil beberapa bakpao yang sepertinya sudah di incarnya beberapa saat. Dengan langkah seribu langkah anak laki-laki itu lari bagaikan di kejar ak maling untuk segera kembali ke rumahnya. Wanita itu hanya bisa berteriak seadanya kepada suaminya dengan mengatakan ayo sana kamu kejar anak laki-laki itu kemana, siapa tahu kamu bisa menangkapnya. Baiklah kata suaminya, dengan gerak seadanya sang pria segera berusaha mencari kemana arah langkah anak laki-laki itu. Dari sisa-sisa bayangan anak laki-laki itu mau lari kemana, karena arahnya bisa di tebak hanya ke arah itu saja satu arah maksudnya. Maka, sang pria itu bisa menebak dengan mudah ke mana arah anak laki-laki itu di sebuah rumah kecil yang ada di pojokan di lorong jalan sempit itu yang hanya beralaskan sebuah kain. Sesaat sebelum sang pria itu menemukan ke mana arah anak laki-laki itu. Ada suara berat dari seorang wanita yang bisa di tebak adalah nenek dari anak laki-laki itu. Anak laki-laki itu begitu girangnya hari itu, karena sepertinya sudah cukup lama mereka berdua tidak memberi asupan di dalam perut mereka masing-masing. Dengan nada riang gembira anak laki-laki itu segera menyodorkan beberapa bakpao hangat yang di dapatnya dari penjual suami istri itu. Dapat dari mana kamu “ Xiao long” , anggap saja nama anak itu adalah xiao long. Sudah nenek makan saja dulu supaya sakit nenek bisa sedikit lebih baikkan. Terima kasih ya cu, kamu sendiri apa tidak makan? Nanti saja nek, gampang nenek makan saja dulu ya, nenek kan sudah tidak makan beberapa hari. Ternyata percakapan singkat itu di dengar dengan tidak sengaja oleh pria penjual bakpao yang diambilnya beberapa buah beberapa saat yang lalu. Dengan beralaskan kain yang ada di rumah mereka berdua, terdengarlah derap kaki seseorang laki-laki memasuki rumah mereka tanpa di persilahkan. Siapa itu kata nenek yang baru saja menyantap beberapa gigitan dari bakpao hangat itu yang sangat nikmat ternyata. Dengan memutar otaknya, sang pria itu maju menghampiri mereka berdua terlebih menghampiri anak kecil pria itu. Oh saya Wang lau nek, ke mari sengaja menghampiri cucu nenek hari ini yang kelupaan membawa pulang gaji hariannya. Tak di nyana itu yang di ucapkan oleh pria penjual bakpao “curiannya” sendiri. Dia bekerja sangat baik nek, cucu nenek maksud saya. Dia rajin dan pintar membantu di sana-sini. Nenek pasti bangga ya punya cucu seperti xiao long, susah punya cucu yang rajin dan mau membantu orang tanpa di suruh pula. Neneknya tentunya berbalik tanya kepada cucunya, benar yang di katakan pria ini xiao long sudah berapa lamu kamu bekerja pada mereka? Xiao long pun tertegun dan tidak mampu berkata apa-apa lagi kali itu. Pria itu maju menghampiri xiao long dan menyodorkan tangannya di tangan xiao long beberapa lembaran ren ming bi , yang makin membuat xiao long tertegun. Ternyata dia bukan saja tidak dihukum atau di hajar oleh kelakuannya yang sangat tidak terpuji karena telah menjadi “ tangan panjang” untuk kelangsungan hidup neneknya yang sedang sakit “ sekarat” karena tidak makan beberapa hari. Tetapi lain yang di pikirkan oleh penjual bakpao itu sendiri, yang mana hati nurani yang mengatakan apa yang seharusnya di lakukan pada diri kita masing-masing. Xiao long yang masih tertegun akhirnya membuntuti langkah pria penjual bakpao itu dan makin mengejarnya dengan terseok-seok tentunya. “ Tuan, tuan saya meminta maaf untuk kelakuan saya hari ini tuan. Tolong tuan berhenti sebentar, Xiao long pun hanya bisa bersimpuh di tanah dan memberi hormat kepada penjual bakpao penyelamat nyawanya hari itu. Sudah anak muda kamu berdiri ya, tidak perlu kamu lakukan hal itu kepada saya tidak mengapa anak muda. Saya sudah maafkan kamu untuk kelakukan kamu hari ini, tetapi tolong jangan di ulangi lagi ya. Kamu urus dengan baik nenek kamu yang masih sakit ya supaya cepat baik dan sehat ya. Xiao long pun hanya bisa menggangguk pelan tidak berdaya dan tidak mampu untuk menatap “penjual bakpao” itu lekat-lekat. Sambil mengelus pelan dan pundak xiao long, penjual bakpao itu membalas anggukan kecil dari xiao long dan melangkahkan kakinya untuk kembali menemui istrinya dan kembali menjualkan dagangan bakpaonya kembali. Pelajaran apa yang bisa di petik dari kisah “ tidak jujur “ kali ini, meski kita tidak jujur dan tidak jujur untuk sebuah kebaikan bagaimanapun masih ada orang yang tergerak hatinya untuk menaruh kasih kepada pihak yang berjuang untuk kehidupan mereka sendiri. Kita belajar banyak dari kisah yang satu ini tentunya, bahwa sebagai kaum “ yang kurang “ sekalipun sebaiknya kita tidak mengambil hak yang bukan menjadi hak kita sendiri. Semoga kaum yang kurang baik dari kita sekalian dengan melakukan hal dengan sebaik mungkin, kita bisa merubah nasib kita ya.

  Lalu apa hubungannya dengan kisah yang ingin saya coba sampaikan kali ini meskipun tidak ada hubungannya dengan kisah “ mengambil yang bukan menjadi milik kita sendiri” Akan tetapi sekali lagi saya di ingatkan masih ada di zaman sekarang ini orang yang berbuat jujur dan berusaha memberikan yang terbaik kepada pihak lain dengan mengembalikan hak yang bukan menjadi haknya sendiri. Nanti akan saya coba rangkum dan kisahkan kepada pembaca budiman untuk dari kita sekalian bisa mendapatkan pelajaran moralnya dari kisah saya sendiri. Saya akan coba ceritakan cerita singkatnya apa yang sebenarnya menimpa diri saya tentang apa arti kejujuran itu sendiri. Kejujuran yang mahal harganya ini bisa kita bayangkan bagaimana upah yang memberikan petuah ini sendiri. Zaman sekarang ini ternyata masih ada yang memberikan dampak yang positif dari kejujuran ini sendiri tanpa harus di suruh. Biarlah yang memberikan kejujuran bagi yang membutuhkan akan membuahkan hal yang serupa juga doa saya demikian. DI saat yang kurang kondusif seperti ini yang mengharuskan kita untuk bekerja dari rumah itu semua kembali kepada pilihan kita masing-masing. Apakah mereka benar-benar mengerjakannya dari rumah ataukah mereka mengandalkan dampak work from home sehingga membuat hidup mereka malah tidak bekerja secara produktif yang semestinya. Survive atau bekerja dan bergerak dengan semestinya di saat-saat seperti ini sudah barang tentu akan di perlukan lebih sarat lagi. Bukan malah work from home lalu kita menjadikan diri kita sama sekali tidak bekerja dengan produktif yang semestinya. Lalu hubungannya di mana ketelodoran penulis sendiri yang d hargai dengan kejujuran tingkat tinggi. Begini ceritanya kira- kira yang dapat saya coba ceritakan. Pembaca dapat mulai menyimaknya di paragraf cerita saya berikikutnya ya.

Malam sudah menjelang di kemaren rabu malam 15 april , penulis baru saja melangkahkan kakinya di sekitar supermarket yang dekt dengan tempat tinggalnya. Sesaat setelah penulis selesai membeli beberapa sayur dan buah-buah an di penjual kaki lima yang tentunya harganya tidak semahal yang ada di supermarket di dalam mall. Penulis pun menuju ke apartemen terdekat di sana untuk membasuh tangan dan mukanya sebentar setelah seharian berada di luar. Tidak lama ia bersandar sebentar di lobby apartemen, ia tersadar seperti ada yang janggal dari bawaannya hari itu. Penulis pun kalang kabut dan panik di buatnya , mukanya pun langsung berubah pucat pasi sesaat. Ia pun mondar-mandir seperti orang kebingungan tak beraturan masuk keluar ke apartemen untuk mengecek bahwa tas tangannya di antara bawaannya yang paling penting itu tidak daoat bersama dengan dirinya saat itu. Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi? Ceritanya kurang lebih seperti ini sesaat ketelodoran dan buru-buru di sat epidemic corona saat ini. Satu dari seratus orang mungkin yang ada di ibu kota jakarta yang masih “nekat” memberanikan dirinya ke luar rumah dan bertandang ke mall untuk bekerja di sana. Tetapi di situlah dunia saya di mana saya harus mengoptimalkan pikiran dan akal sehat saya untuk dapat bekerja dengan produktif. Jika kalau tidak otak saya tidak dapat bekerja dengan makssimal. Meski di sarankan untuk kerja di rumah saja ya saya mengatakan kalau saya tipe orang yang harus bekerja maksimal dan memang itulah kenyataan dan jiwa raga saya bersatu padu. Nah, sampai di sana certitanya bahwa saya hampir tidak bisa berpikir jernih di mana benda penting yang kita bawa sehari-hari lenyap dari genggaman kita sendiri. Lalu, siapakah orang di balik kejujuran yang menolong saya untuk mempertemukan kembali dengan tas mujarab saya pada akhirnya ini? Di saat panik ini, saya harus bisa cepat memutar otak saya untuk memastikan barang pribadi saya ada aman dan tidak berpindah tangan ke tangan yang tidak semestinya. Karena saya cukup lama berada di area tempat saya ini saya segera meminta tolong teman saya untuk menghubungi handphone yang berada di dalam tas pribadi saya ini. Singkat kata handphone dan tas saya di temukan oleh orang yang baik hatinya di koridor busway ini dalam keadaan aman. Saya langsung menarik napas lega untuk hal yang satu ini bahwa tas dan handphone saya di simpan di tangan oleh orang yang bertanggung jawab yaitu security busway terakir saya berada pada hari itu. Saya pun terduduk sesaat setelah itu dan di minta oleh teman saya yang menghubungi security busway tersebut untuk mengambil sendiri tas saya beserta isinya sendirian untuk membuktikan bahwa sayalah pemilik tas sendiri. Tidak lama pun saya beranjak segera mengambil tas saya sendiri dengan grab yang menjemput saya, dan di koridor busway harmoni saya pun sudah di tunggu oleh petugas yang menemukan tas saya saat itu. Saya tentunya di minta untuk mengecek isi dari tas saya apakah masih lengkap isinya dan tidak kurang? Saya pun menggangukkan kepala dan di minta untuk mengisi kesan dan pesan dari kejadian itu dan di foto sebagai tanda bukti untuk serah terima barang saya dengan baik. Itulah sekilas kisah yang saya alami sendiri sebagai bukti pembelajaran bahwa saya harus berhati-hati di dalam busway terlebih barang pribadinya. Saya pun mengucapkan banyak terima kasih kepada petugas busway yang telah membantu saya dengan timnya. Bahwa sebenarnya saya bukan dengan sengaja meninggalkan tas pribadi saya, tetapi karena ketelodoran dan buru-buru mungkin ya. Pelajaran penting yang saya petik di sini adalah saya harus ekstra berhati-hati terhadap barang bawaan saya sendiri supaya tidak terjadi hal yang serupa lagi. Terima kasih petugas yang telah berjasa menjaga dan mengembalikan tas saya sampai di tangan saya kembali. Semoga kinerja petugas busway dan tidak lupa jam operasional busway dapat mulai beroperasi normal mengikuti jam operasional dan kerja masyarakat Jakarta pada umumnya sehingga tidak menggangu dari kinerja orang yang bekerja di Jakarta. Terus menjadi yang lebih baik ya busway, jangan stuck di satu etos kerja saja. 

Comments

  1. Puji Tuhan.. Dan kiranya juga Tuhan membalas budi baik org tersebut berkali kali lipat.. 🙏🙏

    ReplyDelete

Post a Comment