Memberikan peran pria di dalam kehidupan keluarga rohani kita sendiri.            

 

      Para pria sudahkah kalian menjalani peran kalian masing-masing di dalam keluarga kalian terutama di dalam kehidupan rohani kalian? Kebanyakan dari kita yang tidak terlalu mengindahkan untuk hal yang satu ini, yang penting saya sudah menjalankan dan memastikan bahwa keluarga inti saya sudah terpenuhi kebutuhan materinya dengan baik dan tanpa kurang suatu apa pun di tambah dengan qulity time yang selalu di jaga dengan baik antar satu anggota keluarga dengan yang lainnya. Memang hal itu benar adanya bahwa sebagai kepala keluarga kita harus selalu mengutamakan yang terbaik untuk anggota keluarga kita sendiri. Tetapi terlepas dari itu, tidakkah kita merasa ada yang kurang di dalam membina keluarga kita sendiri di dalam pengertian rohani yang benar juga tentunya. Bahwa kalau kita sebagai kepala rumah tangga hanya mengedapankan status kita sebagai pencari nafkah dan selesai sudah tugas kepala rumah tangga. Jauh dari itu, sepertinya hal itu harus ada beberapa hal yang fungsinya jauh lebih penting hanya sebagai pemberi nafkah atau “ body guard” di dalam keluarga mereka masing-masing. Suami yang mumpuni tentunya mempunyai tanggung jawab tersendiri di dalam keluarga mereka.  Di mana di balik otoritas , tentunya ada tanggung jawab yang harus di emban di dalam keluarga mereka. Hal ini yang harus di garis bawahi sedemikian rupa di dalam kehidupan rohani sehingga akan tercipta “environment” yang asri dan harmonis tersendiri.  Otoritas akan semakin besar , bilamana semakin besar tanggung jawab para kaum pria di dalam keluarga itu sendiri. Bisa di katakana pria adalah “ man in the house” mereka masing- masing yang harus memainkan peran mereka tersendiri. Kita telusuri lebih dalam lagi peran apa yang harus di mainkan oleh para kaum pria sebagai “ man in the house” di dalam keluarga mereka.

 

    Kita telusuri satu-satu peranan yang seperti apa yang harus di dapuk oleh pria tersendiri. Peran yang pertama yaitu pria haruslah mempersembahkan korban di atas mezbah sebagai korban bakaran. Itu tertulis sangat jelas dan di aplikasikan sedemikian rupa oleh tokoh yang tentunya fenomenal di dalam alkitab yaitu Ayub, di mana sebagai man in the house atau imam dari keluarga masing-masing. Kita haruslah berdoa syafaat untuk keluarga kita masing-masing. Masing-masing dari kita haruslah mempunyai tugas yang spesifik tersendiri bukan yang khusus saja. Imam itu sendiri bukanlah sekedar status tetapi lebih kepada fungsi yang harus di jalalankan oleh kepala keluarga itu sendiri. Contoh konkret di dalam alkitab tak lain dari tokoh Ayub, bagaimana ia menjalankan perannya sebagai “ man in the house” , coba kita pelajari lebih dalam dan telusuri. Jelas tertulis di dalam ayub 1: 5. Ayub mempersembahkan korban bakaran yang mana jumlahnya sejumlah dengan jumlah anaknya sendiri selama 1-2 hari lamanya dan di perjelas di sini senantiasa. Lebih dalam lagi adakah yang paham apakah Ayub sampai memiliki waktu yang berlebih sampai melakukan hal itu mempersembahkan korban bakaran sampai memakan waktu 1-2 hari lamanya? Tentunya tidak dari kita sekalian yang tahu lebih dalam apa yang menjadi profesi dari Ayub itu sendiri? Ayub sendiri adalah orang yang sangat kaya di zaman itu? Kaya dalam pengertian seperti apa? Coba bayangkan Ayub memiliki sampai 7000 kambing banyaknya, 3000 ekor unta, 500 ekor domba yang mana artinya 10.000 pasang domba. Di tambah dengan 500 keledai belum termasuk yang jantang dengan anak-anaknya. Kalau di aplikasikan di dalam kehidupan saat ini, Ayub adalah pengusaha transportasi untuk saat ini, di mana ia mempunayai 4 perusahaan sekaligus yang besar adanya. Kalau di zaman ini aplikasinya adalah perusahaan Grab atau Gojek transportasi online di zaman modern saat ini. Tetapi jika kita mundur di zaman dahulu, transportasi yang di miliki oleh orang di zaman itu hanyalah binatang yang bisa di pakai untuk bepergian dari satu tempat ke tempat lainnya. Dengan jumlah binatang yang sangat banyak jumlahnya. Di tambah dengan ia bisa jadi harus mengurusi binatang peliharaannya ada yang untuk di spesifikasikan untuk di perah saja, di ambil daging nya dan di kembang biakkan satu dengan yang lainnya. Ia masih menyisihkan waktunya untuk bisa mempersembahkan korban bakaran senantiasa. Nah, bagaimana dengan kita sekalia para “ Man in the house” pengertiannya di zaman sekarang ini? Apakah kita bisa mempersembahkan korban bakaran atau yang terbaik dari pekerjaan kita masing- masing untuk Tuhan senantiasa?  Tentunya ada tujuan tertentu dari mempersembahkan korban bakaran tersebut untuk Tuhan kita masing-masing? Kita telusuri dari tujuan Ayub mengapa mau mempersembahkan korban bakaran untuk Tuhan dengan kesungguhan hatinya tentunya.

 

     Kita belajar tentunya dari sikap setia Ayub kepada kita sekalian yang mana di tengah kesibukannya selalu mempunyai waktu untuk mau mempersembahkan korban bakaran kepada Tuhan. Korban bakaran di sini di artikan dengan pagar  berapi adalah korban bakaran itu sendiri. Sampai hal itu di lakukan senantiasa oleh Ayub, yang terjadi iblis sampai protes kepada kepada Tuhan. Bahwa iblis sendiri tidak bisa menyentuh korban bakaran itu. Karena yang di lakukan oleh Ayub adalah berkenan dan memuliakan nama Tuhan sendiri. Yang di kerjakan oleh Ayub akan mengalir pengurapan tersendiri dan akan mengalirkan berkat tersendiri bagi dirinya dan seluruh keluarganya tentunya. Kalau kita para pria melakukan hal ini, tentunya dengan sendirinya multiplikasi akan terjadi di dalam keluarga kita sendiri. Ada ayat yang berkaitan dengan iman di dalam bilangan 18 :7 yang bunyinya seperti ini jabatan sebagai imam yang mana harus di kerjakan di dalam proteksi Tuhan sendiri. Nah, semoga masing-masing dari kita mengerti dengan betul bahwa peran pria di dalam keluarga rohani haruslah menjadi imam di dalam keluarga mereka tersendiri. Lalu, kalau berbicara tentang peranan pria di dalam keluarganya adalah yang pertama mereka akan membawa keluarga dekat dengan Tuhan, hubungannya di dalam artian ini. Yang mana tentunya roh api di dalam keluarga mereka masing-masing haruslah dapat tetap di jaga supaya tetap menyala. Di dalam Imamat 6 ; 11-12 Katakanlah kepada orang Israel, begini: Inilah binatang-binatang yang boleh kamu makan dari segala binatang berkaki empat yang ada di atas bumi. Yang mana artinya adalah kita hanya boleh makan binatang berkaki empat di bumi ini. Semoga para imam di keluarga mereka masing-masing bisa menjalankan perannya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan peran mereka masing-masing. Contoh lain Yosua dengan profesinya sebagai jendral perang. Tertulis di dalam Yosua 24 : 15. Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!" Artinya lebih jelas lagi di dalam alkitab bahasa Inggris yang berbunyi bahwa kita harus bisa “ Serve the Lord” dengan sepenuh hati dan segenap kekuatan kita. We will serve the Lord. Sudah siapkah para pria di dalam keluarga mereka sendiri untuk melayani Tuhan dengan segenap hati mereka.

 

       Lalu sampai kepada peran ke-2 dari pria di dalam keluarga yaitu siap di depan meja berperan. Yang mana ayatnya tertulis di dalam Ulangan 20 : 2 yaitu Imam adalah jembatan penghubung dengan Tuhan. Para pria sudah semestinya mempunyai hubungan yang khusus dengan Tuhan di waktu yang khusus juga. Di mana di zaman itu para imam mempunyai waktu yang khusus dan spesifik dengan Tuhan. Dan Tuhan akan menyampaikan pesannya secara khusus di tempat tersembunyi dan menyampaikan pesannya kepada para imam. Bisa saja sekalian dari kita yang ada di dalam peperangan atau masalah yang sedang kita hadapi saat ini. Peperangan di dalam hal ini artiannya akan

Memperkuat hubungan kita lebih intim dengan Tuhan tentunya dan akan di butuhkan peran yang mumpuni dari seorang suami masing-masing di dalam keluarga supaya dapat siap di meja berperan sebagaimana adanya. Dan yang terakhir peran dari pria di dalam keluarga masing-masing adalah sebagai pendengar dan yang mengambil keputusan di keluarga mereka masing-masing. Tentunya sebagai fondasi di dalam keluarga itu sendiri, seorang pria haruslah mempunyai sikap yang tegas dan mengambil keputusan di dalam masalah yang di hadapi di dalam keluarga mereka masing-masing. Pasti setiap keluarga tidak akan terlepas dari masalah yang di hadapi mereka tersendiri, apakah masalah internal yang pada umumnya di hadapi mereka masing- masing. Hubugan antara orang tua dengan anak-anak mereka. Hubungan antara suami dengan istri sudah pasti akan terjadi setiap hari dan akan terus terjadi tiap harinya.  Bagaimana hal itu akan terjadi? Tentunya kalau para pria bisa menjadi imam yang terus di dapuknya hari lepas hari dan membina hubungan yang baik tentunya antara satu dengan yang lainnya. Ada hal yang membuat saya terpesona untuk suatu fakta ini masing-masing dari kita akan mengeluarkan waktu yang lama untuk sebuah resepsi pernikahan yang hanya akan memakan waktu kurang lebih 2-3 jam saja. Akan tetapi untuk membina sebuah keutuhan rumah tangga kita bahkan tidak mempunyai waktu yang bisa untuk kita sisihkan di dalam keluarga kita sendiri. Kita mungkin lupa akan tugas dan peran kita masing-masing di dalam keluarga kita sendiri. Jadi , alangkah baiknya masing-masing dari kita yang paham akan peranan kita sendiri di dalam keluarga untuk dapat mengambil perannya agar satu anggota dengan yang lain dapat berkesinambungan dan membuahkan perannya tersendiri.  Akhirnya sudahkah para pria yang memberi peran mereka masing-masing di dalam keluarga mereka masing-masing? Jika masih ada yang terlewatkan di dalam menjalankan peran mereka, marilah kita coba cek masing-masing dan mencoba memperbaikinya untuk kebaikan dan keutuhan keluarga kita masing-masing tentunya.

 

 

 

Comments