Gegap gempita HUT Jakarta yang dikalahkan oleh perayaan mudik dan lebaran
Monas saat Gempita Ultah Jakarta
HUT sesuatu yang
pastinya akan dinanti-nantikan oleh semua orang. Tetapi lain halnya dengan
perayaan ulang tahun Jakarta yang mana bebarengan dirayakan oleh seluruh rakyat
Jakarta pada khususnya. Dimana biasanya HUT Jakarta dirayakan dengan apiknya di
kota tercinta kita Jakarta tetapi lain halnya dengan tahun ini yang mana warga
Jakarta lebih direpotkan dengan acara puasa ditambah dengan mudik yang tinggal
hitungan hari. Alangkah sangat disayangkan adanya jika hal ini terjadi di dalam
ibu kota Jakarta. Yang mana seharusnya yang terjadi adanya pembatasan
tersendiri dan masukan bagi pemerintah untuk dapat mengantisipasi hal ini. Kita
tidak bisa melupakan dengan sendirinya apa yang menjadi perayaan yang
terpenting seperti ini. Tak butuh pemikiran yang muluk-muluk adanya untuk
menyesuaikan hal yang mana tidak perlu untuk dipergunjingkan lagi. Pemerintah
cukup untuk bertindak secara praktis dan sederhana untuk merealisasikan hal
ini. Sangat disayangkan adanya jika memang acara HUT ini dipandang tidak
berguna adanya dibanding dengan acara puasa dan mudik yang lebih asyik masuk
ini. Mari pemerintah untuk lebih “cerdas” lagi dalam memandang hal yang
sejatinya memang penting untuk dirayakan. Bukankah kita tinggal di ibu kota
yang syarat dengan peradaban ini. Kalau bukan masyarakat dan penduduk kota
Jakarta sendiri yang melestarikan hari bersejarah ini siapa lagi yang akan
melestarikannya.
Pemerintah dimana sikap arifnya untuk
mengantisipasi hal semacam ini. Tidak perlu direpotkan dengan mengadakan pawai
atau acara besar lainnya. Memang sudah bagus adanya tentunya dari tahun ke
tahun penandaan HUT Jakarta ditandai dengan adanya perayaan yang seperti dari
tahun ke tahun di adakan di Kemayoran. Ya tak lain dan tak bukan adalah
perayaan pekan raya Jakarta yang selalu dinanti-nantikan oleh semua masyarakat
ibu kota Jakarta ini. Memang hal ini tetap diacungi jempol tetapi imbasnya
tetap saja terkena dengan adanya perayaan puasa dibarengi dengan mudik.
Pemerintah bagaimana menyikapi hal ini dengan arif?
Untungnya yang
paling tidak dapat membuat orang yang berulang tahunnya jatuh persis di tanggal
HUT Jakarta sedikit bernapas lega dengan aksi Pak Djarot yang tak kenal lelah
meski tanpa pendampingnya. Tema yang terdapat di HUT Jakarta kali ini yaitu
beragam ; bersatu ; dan melayani. Tema tersebut diputuskan bersama dengan Pak
Ahok dalam rapat pimpinan terakhir dengan pak Ahok. Kembali Djarot mengatakan
bahwa tema ini berusaha diwujudkan dalam satu tahun ini. Tema HUT Jakarta kali
berbicara tentang keberagaman tetapi dari keberagaman itulah kita bisa
menyatukan perbedaan yang ada mempunyai semangat semangat kepada lapisan
masyarakat yang ada tanpa saling membeda-bedakan pastinya. Itulah yang
sepertinya ingin diterapkan oleh Pak Djarot dalam mewujudkan tema pemerataan
dari HUT Jakarta kali ini.
Perbedaan
perayaan dari HUT Jakarta kali ini juga sepertinya akan berbeda dari tahun
sebelumnya dimana yang sudah kita ketahui bahwa Pak Ahok sedang menjalani
tahanan dalam kurun waktu dua tahun. Semoga tentunya di tahun-tahun berikutnya
Pak Ahok sudah bergabung bersama dengan warga Jakarta yang lain dan tidak
adanya lagi imbas peringatan HUT Jakarta karena adanya hari-hari peringatan
yang lainnya. Tidak ada kesan tanpa kehadiran Pak Ahok sudah barang tentu.
Tidak kah bisa diberikan kesempatan yang lebih sedikit dimana untuk perayaan
ini HUT Jakarta kali ini bertepatan dengan ultah Bapak Jokowi selaku presiden
Jakarta dan bapak Ahok sendiri. Ya bisa dinilai sendiri bagaimana baiknya yang
harus dilakukan sebaiknya? Kembali kepada kebijakan pemerintah sendiri
sebaiknya yang harus dilakukan.
Sesuatu yang dianggap tidak seharusnya
diadakan atau bagaimana? Entah yang terjadi sekarang ini? Jika memang ini yang
terjadi di setiap tahunnya yang terjadi selanjutnya bisa saja masyarakat
Jakarta akan makin lama makin melupakan tanggal bersejarah ini. Jangan
merayakannya mungkin menyebutkan tanggal bersejarah dengan tepat saja mereka
masih belum tahu dengan pastinya. Alangkah buram nya kehidupan kota Jakarta
jika makin lama makin dibiarkan seperti ini. Tentu saja harus adanya sesuatu
yang menjadi himbauan bagi kita semua agar yang mana yang seharusnya diharapkan
adalah warga kota Jakarta paham dengan perayaan ini. Mari kita sebagai warga
Jakarta yang merasa terpanggil untuk terus meneruskan warisan dari para leluhur
kita terus mengapresiasikannya dengan cara mereka tersendiri.
Warisan tidaklah
harus yang muluk-muluk adanya. Caranya juga simple atau mudah yang dapat kita
laksanakan sebagai warga Jakarta yang baik adanya. Melestarikannya bila di
Jakarta terkenal dengan banyaknya tradisional yang bisa diwariskan ya dari hal
kecil seperti itu bisa kita laksanakan. Di lain dari pada itu yang lainnya
jajanan pasar Jakarta yang sudah semakin
banyak nya dilupakan oleh warga Jakarta sendiri. Mari kita telusuri lebih lagi
dengan baik beberapa makanan khas dari ibukota tercinta kita ini sehingga saat
perayaan Jakarta kita bisa lebih mengapresiasikannya. Contohnya kerak telor
yang saat perayaan HUT Jakarta banyak sekali dijumpai yang menjajakannya di
pinggir Jakarta Expo di Kemayoran. Nasi kebuli pun sekarang ini makin lama
penggemarnya juga mulai berkurang tetapi soto betawi untungnya masih banyak
peminatnya. Yang lainnya lagi yang tidak kalah tradisionalnya adalah kue Buaya
dan lontong sayur misalnya. Sejauh ini itulah pandangan penulis agar masyarakat
Jakarta tidak terbius dengan riuh rendahnya perayaan lebaran yang ada sehingga
melupakan perayaan yang tak kalah pentingnya ini.
Comments
Post a Comment