Meneguk rindu saat lebaran
Kuda besi yang setia menemani perjalanan mudik saya
Senja sudah menemukan peraduannya. Pagi itu saya hendak
bersiap untuk segera melaksanakan mudik saya. Tak tertahan meski untuk menemui
sanak saudara yang akan saya temui nantinya. Ya hari itu rencananya saya akan
mudik ke kampung halaman saya. Seperti tidak akan terperi rasanya. Dimana kami
selaku para “perantau” biasanya melakukan ritual mudik ini setahun sekali
adanya. Mudik kata yang bisanya hanya akan terdengar setahun sekali adanya.
Dimana untuk sebagian orang hal ini untuk melepas rindu selama setahun lamanya
tidak saling berkunjung dan bersilaturahmi.
Hari itu akhirnya datang juga di hari Jumat malam saya mulai
berkesiap untuk menyalakan kuda besi milik saya. Saya memilih untuk memakai
kuda besi dikarenakan saya telah kehabisan tiket api untuk dapat sampai di
kampung halaman tercinta saya. Untuk sebagian orang melepas rindu cukup adanya
untuk mengendarai kendaraan roda dua ini.
Perjalanan pun dimulai. Jarak yang ditempuh dari Jakarta
menuju Prembun kampung halaman saya akan memakan waktu kurang lebih 612 km
menurut aplikasi waze yang saya percayakan untuk memandu perjalanan saya kali
ini. Dimulai dari jalur pantura kemudian dilanjutkan berberlok ke kota
Brebes dilanjutkan ke kota Banyuwangi ;
ajibarang ; Wangon ; Kemeranjeng ; Gombong ; Kebumen ; untuk dapat sampai ke
kota Prembun. Total kota yang saya lewati berjumlah 7 kota di luar kampung
halaman saya sendiri Prembun. Perjalanan yang saya tempuh jika ditotal memakan
waktu 22 jam dari jalur perjalanan yang ditempuh seharusnya sekitar 16-18 jam.
Artinya yang mana aplikasi waze tidak memberikan keterangan yang akurat. Bisa
dikatakan seperti itu. Namun momen mudik pasti ada yang mengasikan menurut
saya. Moment macet pastinya menjadi momen yang tidak terlupakan yang saya lalui
saat berada di Karawang dan Cirebon. Sisanya lancar jaya yang ada. Padahal hari
di mana saya melakukan ritual mudik adalah h-2 lebaran yang kata orang adalah
saat-saatnya puncak arus mudik. Sayangnya saat perjalanan yang saya tempuh saat
malam hari. Namun bukan berarti tidak ada hiburan di saat saya melakukan ritual
mudik. Barisan bus seakan mendominasi perjalanan mudik saya. Yang ada rasa
kantuk yang ada pun seolah-olah hilang seketika. Buat sebagian orang yang belum
terbiasa akan merasa ngeri yang melanda. Tetapi apa boleh buat dikarenakan
mudik yang mana saya jalankan kali ini adalah mudik seorang diri akhirnya saya
pun harus berusaha untuk mencari teman dengan gaya saya sendiri. Terlebih jalur
yang saya pilih adalah jalur hutan belantara yang mana cukup membahayakan jika
di riding atau dilalui sendirian.
Moment macet yang tidak terlupakan di lalui saat berada di
Karawang dan Cirebon. Sisanya lancar Jaya. Padahal kala itu h-2 lebaran yang
kata orang adalah saat-saatnya puncak arus mudik. Sayangnya saat perjalanan
lebih banyak dilalui saat malam hari. Namun bukan berarti tidak ada hiburan di
saat itu. Barisan bus yang mengeblong mendominasi perjalanan mudik saya. Yang
ada rasa kantuk yang ada pun seolah-olah hilang. Buat yang belum terbiasa bisa
dikatakan ngeri melanda. Tetapi apa boleh buat dikarenakan mudik yang saya
jalankan kali ini adalah mudik seorang diri akhirnya saya mencari teman dengan
cara saya sendiri. Terlebih jalur yang saya pilih adalah jalur hutan belantara
yang mana cukup membahayakan jika di riding/ di
lalui sendirian. Tetapi Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa tidak
terjadi sesuatu yang membahayakan saya seorang diri.
Sekilas pengalaman mudik saya di tahun 2017 ini. Setidaknya
kita harus mempersiapkan fisik sebaik-baiknya serta kendaraan yang akan
ditumpagi pastinya saat perjalanan jauh. Terlebih bila kita rasa kantuk dan
lelah melanda ; sebaiknya membaringkan tubuh terlebih dahulu alias beristirahat
sejenak sebelum memulai perjalanan
kembali.
*MudikSehatMudikSelamat*
Comments
Post a Comment