Wahai para millenial kapankah kalian bisa membeli rumah idaman kalian?

Pendapatan Milenial Tak Mampu Mengejar Harga Rumah Milenial pembaca semua coba di cerna kembali judul dari tulisan yang akan saya coba share. Apakah kita termasuk dalam kategori milenial dengan pekerjaan yang kita geluti sampai dengan sekarang? Bagaimana kita menyikapi tabungan dari income kita masing-masing? Sudahkah kita menabung atau menyisihkan untuk kebutuhan masing-masing yang menjadi prioritas kita? Suka atau tidak , inilah keadaan yang kita hadapi untuk saat ini para milenial yang ada di Indonesia. Tentunya setiap orang mendambakan untuk memiliki hunian yang nyaman dan sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing. Tetapi bagaimana dengan para milenial sekalian, yang ada hanya bagaikan bertepuk sebelah tangan saja. Semakin kita mengejar impian kita untuk mencapai membeli rumah impian kita, semakin harga tanah dan rumah pun tentunya akan semakin tinggi. Jika di lihat ke depan tren nilai rumah tiap tahunnya tentunya semakin naik , sementara upah minimum tidak akan sanggup untuk mengejar dari harga rumah tersebut. Bagaimana mungkin para millennial dapat mengejar dari harga rumah sedangkan upah atau income mereka tidak mengalami kenaikan sama sekali? Hal ini yang perlu di perhatikan dengan seksama bagi kita sebagai para millennial untuk dapat mencari cara yang lain untuk mengubah pola pikir untuk tidak hanya menjadi karyawan atau karyawati sehari-harinya di tempat kita bekerja. Atau mungkin dengan cara lainnya kita meningkatkan kapasitas bekerja kita dengan naik pangkat atau level atau kesempatan bekerja di tempat lainnya sehingga kita bisa meningkatkan income kita juga tentunya. Mungkin kita bisa mencoba menjalankan bisnis atau usaha kecil-kecil an untuk menabung untuk menyicil membeli hunian idaman kita bukan dengan dari income kita sehari-harinya. Semoga saran ini bisa membuka kesempatan kita untuk menggapai membeli rumah idaman kita. Suka tak suka, rumah untuk sebagian milenial memang bagaikan cinta yang bertepuk sebelah tangan. Dikejar terus menerus, tapi susah sekali untuk digapainya. Bagaimana tidak, sebab tren nilai rumah dari tahun ke tahun terus naik, sementara kenaikan upah minimum tak sanggup mengejarnya. Data yang kami peroleh dari Indonesia Property Watch pada tahun 2021 mungkin sedikit menggambarkan. Walau menurut data tersebut pertumbuhannya terbilang lambat dari kuartal sebelumnya, tetap saja harga rumah terus naik. Lalu, kita bandingkan dengan upah minimum pada tahun 2021 yang bahkan tak naik imbas pandemi Covid-19. Mempertimbangkan kondisi perekonomian Indonesia pada masa pandemi Covid-19 dan perlunya pemulihan ekonomi nasional, diminta kepada gubernur untuk: 1. Melakukan penyesuaian penetapan nilai Upah Minimum Tahun 2021 sama dengan nilai Upah Minimum tahun 2020,” ungkap Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), Ida Fauziyah, dilansir laman cnnindonesia.com, pada 27 Oktober 2020 lalu. Semesta seakan berkomplot dan kian memperlihatkan bila milenial sangat alot untuk membeli rumah idaman. Ini berasal dari data Roadmap Sistem Perumahan Indonesia 2018-2025 yang menunjukkan bahwa kemampuan kredit masyarakat Indonesia masih tergolong rendah. Indikatornya dari GDP per kapita sebesar 47,86 juta per tahun dan 52% berada pada klasifikasi masyarakat yang memiliki pengeluaran di bawah Rp2 juta per bulan. Berbicara upah minimum pun yang naik 10% setiap tahunnya, tak membantu banyak. Lalu hubungannya harga rumah dengan income para milenial seperti apa? Tentunya tidak dapat di pungkiri harga rumah yang semakin hari semakin naik bukan yang sebaliknya. Jika kita bandingkan dengan upah minimum para karyawan jauh berbeda tentunya. Hal terkait ini tentunya berimbas di saat pandemic dan perlu menimbang lebih lanjut perlu pemulihan ekonomi nasiona dan di sampaikan saran untuk gubernur sebagai berikut. Di mana gubernur akan berusaha untuk memulihkan ekonomi nasional dan berusaha untuk menyesuaikan penetapan nilai upah minimum di tahun 2021 sama nilainya dengan nilai upah minimum di tahun 2020. Di mana jika di lihat dari statistik para milenial sangat berusaha keras untuk membeli rumah idaman mereka masing-masing. Tetapi fakta yang lain berkata bahwa kemampuan kredit dari masyarakat Indonesia msih sangat tergolong rendah , bagaimana mereka bisa memaksakan untuk membeli rumah idaman mereka masing-masing lalu? Kita lihat dengan seksama indicator dari GDP per tahunnya 52% pada klasifikasi masyarakat yang mempunyai pengeluaran di bawah 2 juta per bulan, di mana upah minimum hanya naik 10 % per tahunnya yang tentunya tidak banyak membantu. Kalau kita melihat lebih jauh lagi ke depan, di mana angka upah minium yang masih sangat banyak sama sekali tidak sebanding dengan harga property yang terus meningkat 10-20 % per tahunnya. Kalau kita coba kuliti harga rata-rata dari rumah yang terjual di quarter 2021 per unitnya mengalami penurunan 3.4 %, di mana kenaikan paling tinggi yang terjadi di Jakarta di angka 28,4 % , Depok 12,2 % dan di Cilegon 3.9 %. Semoga para perusahaan memberikan kebijakan tersendiri bagi para milenial untuk dapat memberikan income yang sesuai dengan jerih payah dari para karyawan mereka masing-masing saya sekali menurut saya tidak sesuai dengan jerih payah mereka. Pemerintah dan menteritenagakerja sepertinya harus bekerja lebih giat lagi untuk memutar otak agar para milenial dapat merasakan jerih payah usaha mereka sendiri dari income mereka untuk dapat membeli rumah idaman mereka dengan pasangan mereka tentunya. Bagaimana pemerintah dan menteri
tenaga kerja tanggapapan kalian mengenai hal ini, semoga menyongsong tahun depan ada pembaharuan tersendiri untuk hal terkait hunian yang dapat di miliki oleh para milenial ke arah yang lebih baik. semangat terus para milenial ya, jangan kasih kendor untuk menggapai usaha kalian untuk membeli rumah idaman kalian.

Comments