Perempuan dan perannya ke-pendidilannya di era saat ini.

Hak Wanita dalam Bidang Pendidikan - Kompasiana.com
    Ketika pendidikan yang diperjuang Kartini  sudah berusaha di perjuangkan     sedemikian rupa oleh R.A KArtini, masihkah kita para wanita tidak     memperjuangkan hak pendidikan di era milenial. 
    

    Pendidikan dan perempuan. Selalu disandingkan sampai dengan sekarang. Bagaimana dengan perempuan itu sendiri apakah jika disandingkan akan malah berusaha untuk menggapai pendidikan setinggi dan sebaiknya-baiknya ataukah berserah saja. Bersyukur sudah dapat mengenyam pendidikan di sd , smp atau sma misalnya. Kita menyongsong hari pendidikan nasional di tiap tanggal 2  mei, tetapi akankah angka perempuan yang mengenyam pendidikan di Indonesia statistiknya akan semakin berkurang ataukah yang sebaliknya? Kita sendiri dari gender wanita yang paham benar jawabannya. Sepertinya hal pendidikan lagi-lagi akan terus di kaitkan dari segmen ekonomi. Sudah pasti hal ini. Sudah banyak pejuang wanita Indonesia yang  benar-benar untuk kemajuan dan kesetaraan kaumnya sendiri. Perempuan yang sangat muda di saat meninggalkan dunia ini, Kartini yang enggan dipanggil R.A Kartini alias Raden Ajeng Kartini. Wanita yang berasal dari golongan bangsawan akan tetapi malah dilarang keras untuk memperoleh pendidikan yang setara dengan lawan jenisnya. Betapa Kartini mempertaruhkan abis-abis an untuk dapat memperoleh haknya di dalam hal pendidikan ini meski ia ketahuan di pingit oleh orang tuanya sendiri. Kartini adalah contoh pejuang pendidikan nyata bukan fiktif adanya bagi negeri kita sendiri untuk memperoleh pendidikan yang setara dengan kaum laki-laki. Teruslah meneruskan jejak langkah impian dari Kartini untuk kesetaraan pendidikan yang sesuai untuk kaum kita sendiri. 

     Wanita dan pendidikan yang layak, untuk apa dan di peruntukkan untuk siapa? Pertanyaan selanjutnya apakah wanita tetap perlu untuk mengejar pendidikan itu sendiri sesaat dirinya mengarungi bahtera rumah tangga? Buat apa pendidikan tinggi-tinggi toh nanti hanya akan duduk manis menjadi suami orang di dalam rumah mereka sendiri. Untuk apa pendidikan tinggi-tinggi toh nanti yang akan mencari nafkah bukan dirinya akan tetapi suaminya yang akan menafkahi keluarga mereka sendiri. Zaman sudah berubah di era yang serba teknologi ini akan tetapi angka perempuan yang di nikahkan di bawah umur masih tetap ada saja dan pemikiran orang tua mereka yang ada sekarang ini masih tetap harus di rubah stigmanya sepertinya. Bisa jadi orang tua mereka juga berada di dalam keadaan yang sama seperti mereka sekarang ini yang mana menikah di usia yang cukup muda.  Karenanya mereka menganggap tidak mengapa jika anak-anak mereka menikah di usia muda asalkan sudah siap mental mereka masing-masing. Tetapi apakah keadaan dan faktanya berbunyi seperti hal yang demikian? 
       
    Pendidikan, apakah masih di pandang sebelah mata oleh kaum wanita sampai dengan sekarang? Padahal pendidikan merupakan suatu kewajiban yang sama sekali tidak bisa di tawar harganya dengan apapun, karena pendidikan modal utama kita di dalam bersosialisasi dengan sesama maupun dengan mencari ladang pekerjaan setelah menunantaskan sampai di bangku kuliah. Mencari lapangan pekerjaan yang sesuai dengan berlembar sertifikat kita saja masih belum cukup dengan pekerjaan yang layak dan sesuai. Kita harus tetap mengejar pekerjaan yang sesuai dengan harapan yang kita maui setelah melewati bertahun-tahun lamanya nanti. Karenanya pendidikan sama sekali tidak bisa ditawar harganya dengan apapun juga, wajib dan mutlak. Tetapi bagaimana dengan kaum wanita yang men-stigmakan diri mereka sendiri bahwa pendidikan yang tinggi tidaklah begitu penting bagi dirinya sendiri.  Alasannya karena ya toh akhirnya nanti mereka akan menjadi ibu rumah dan tangga dan menunaikan perannya sebagai istri dan ibu yang baik bagi keluarga mereka sendiri. Lalu untuk apa menempuh pendidikan yang tinggi. Tetapi ketika banyak cakupan orang yang berbicara bahwa fondasi dan kekuatan bangsa kita sendiri terletak pada bahu anak muda atau generasi milienial tidak terluput pria dan wanita. Masihkah kita sebagai kaum hawa mengindahkan bahwa pendidikan itu sendiri bukanlah suatu hal yang wajib untuk kita gapai setinggi langit? Di manakah tanggung jawab kita sebagai kaum hawa di dalam perannya tersendiri untuk pendidikan yang setara dengan lawan jenis kita? Kita sendirilah yang dapat menjawab pertanyaan ini sendiri sekali lagi. Jadi, tunggu apa lagi kaum hawa? 
   
        Jika kita berbicara tentang wanita dan pendidikan yang layak, fakta tentunya yang akan memperlihatkan buktinya sebagai penguat. Kita coba lihat data dari BPS dan kemendikbud yang ada di Indonesia sebagai berikut. Jumlah yang terpapar dari 2,2 juta orang Indonesia di sampaikan menyandang buta aksara alis tidak bisa baca dan tulis. Di mana dari angka 2.2 juta itu 1.1 jutanya adalah mayoritas Indonesia atau katakanlah separuhnya dari kaum gender wanita. Data lah yang berbicara jika kita menyampaikan perananan wanita di dalam pendidikan yang ada di Indonesia. Sampai dengan tahun 2020 pun wanita sepertinya masih belum mendapatkan pendidikan yang layak untuk pendidikan mereka sendiri hal ini tentunya hal yang miris dan menjadi perhatian bagi kita sendiri juga tidak luput perhatian dan solusi apa yang harus di lakukan oleh pemerintah ke depannya.  Bagaimana kalau kita coba kupas alasan mengapa pendidikan bagi wanita merupakan hal yang wajib untuk terus di kejar keseimbangannya. Ada 6 alasan yang ingin saya coba untuk kupas dan sangat bermanfaat untuk dapat segera di aplikasikan di dalam kehidupan wanita Indonesia itu sendiri. 

    Alasan yang pertama pendidikan adalah hal yang wajib bagi perempuan Indonesia adalah. Bagaimana mungkin jika seorang ibu bagi anak-anaknya sendiri tidak mempunyai pendidikan yang cukup bagi mereka. Jadi intinya wanita adalah pendidikan pertama bagi anak-anak mereka sendiri. Bagaimana bisa wanita tidak bersekolah di pendidikan yang baik dan menjadi guru berjalan bagi anak-anak mereka. Bisa di pahami tentunya bagi calon suami mereka di saat mereka berdiskusi membahas pendidikan anak-anak mereka sebagai contoh bahasan tema mereka di masa depan. Suami yang bijak dan dapat memahami untuk kebaikan pendidikan anak-anak mereka, akan mendukung peran serta dari istri mereka sendiri. Semoga semakin banyak para kaum laki-laki yang terus berperan serta mumpuni dengan dukangan moril kepada istri mereka sendiri agar anak-anak mereka kelak menjadi penerus generasi keluarga mereka dan cikal bakal fondasi negeri Indonesia sendiri tentunya menggantikan generasi sebelumnya. Karenanya wanita harus terus berkarya di dalam pendidikan mereka masing-masing di sesuikan perannya kelak yang mumpuni sebagai istri dan ibu yang cakap di dalam keluarga mereka masing-masing. 

    Jika sebelumnya kita membahas peran perempuan di dalam keluarga mereka kelak di dalam keluarga mereka masing-masing, kali ini kita coba bahas peranan wanita yang bahasannya lebih luas  sedikit bukan hanya di dalam keluarga mereka masing-masing. Di mana wanita dengan networknya atau dengan lingkungannya tentunya akan menjadikan wanita itu sendiri modal untuk dapat berperan baik di dalam fungsinya di masyarakat sekitar. Pendidikan yang tepat akan memberdayakan fungsi wanita itu sendiri , bagaimana kalau wanita tidak di sokong dengan pendidikan yang tepat dapat memberdayakan peran dari wanita sendiri. Jadi, sudah tepat bagi wanita itu sendiri untuk mendapatkan pendidikan untuk diri mereka sendiri.  Teruslah berperan serta dengan baik di dalam diri kita sendiri sebagai wanita yang dapat mengembangkan peran dan fungsinya di dalam masyarakat luas. Semoga dapat di pahami bahwa pendidikan bagi wanita wajib hukumnya bagi mereka sendiri yang setara. Karena setelah wanita itu mempunyai pendidikan yang setara dengan lawan jenisnya ke depannya wanita sendiri tentunya dapat mendukung kehidupan dirinya sendiri dan kehidupan orang lain. Lalu, apa yang di maksud dengan mendukung kehidupan orang lain. Kita coba bahas ke depan apa yang di maksud dengan mendukung kehidupan orang lain. 

    Kalau kita sebagai wanita memiliki ketrampilan yang selalu kita asah sedemikian rupa wanita akan dianggap layaknya mutiara di tengah kehidupan orang lain yang sedang layu redu redam. Talenta yang kita punyai tentunya akan hilang begitu saja kalau tidak kita bagikan kepada pihak yang lainnya, seperti itu layaknya sepertinya. Dengan semakin banyak kita bagikan talenta yang kita miliki kepada pihak yang lainnnya, secara tidak langsung mendapatkan hal lainnya yang akan kita dapatkan dengan sendirinya. Yang di maksud dengan mendukung orang lain itu adanya dari dalam diri kita sendiri dan alam akan mengikuti ke mana arah kebaikan itu percayai saja. Bagaimana berkat itu berasal ya dari apa yang menjadikan diri kita gemar berbagi kepada siapa dan ke mana saja, berkat itu akan berbalik kepada siapa kita memberikannya. Nah, sudah sepatutnya kita terus memberbudayakan diri kita sendiri dari ketrampilan yang kita miliki bukan untuk kita simpan dengan sendirinya akan tetapi lebih kita share kepada pihak yang sama passionnya dengan diri kita sendiri. Bisa juga untuk kepentingan orang banyak. Adakah kita lakukan hal ini di dalam keseharian dan menjadi kebiasaan yang kita lakukan. Semoga kita bisa ya melakukan peran yang kita emban di dalam peran kita sebagai wanita di dalam lingkungan sekitar.


     Peran sebagai ibu di dalam keluarga sendiri sudah di bahas, lebih luas fungsinya di lingkungan pun sudah di bahas. Apakah cukup sampai di sana kita membudidayakan fungsi kita sendiri sebagai wanita? Peran sebagai ibu saja ternyata tidak cukup baik saja ternyata di zaman yang serba teknologi ini. Bagaimana maksud sebenarnya dengan peran wanita di zaman teknologi ini? anak-anak kita tentunya beranjak dewasa di sekolah mereka masing-masing. Kalau saya beri pemahaman seperti ini kita bisa coba untuk paham ya, ibu yang paham akan kebutuhan teknologi anak-anaknya masing-masing di usahakan untuk dapat mengawasi anak-anak mereka agar dapat melek teknologi dengan baik. Jangan sampai apa yang di lihat oleh anak-anak kita salah di dalam penggunaannya dan sampai terjerumus. Nah, di situlah fungsi dari wanita itu sendiri di dalam keluarga nya sebagai ibu yang paling tidak melek teknologi. Kita sebagai ibu mencoba untuk memahami kebutuhan dari anak-anak kita sendiri sehingga anak-anak kita senang di posisikan sebagai teman di dalam dunia teknologi mereka di keseharian mereka.  Semisal kita sebagai ibu yang bijaksana cukup dengan memberi arahan kepada anak-anak remaja kita mana-mana saja konten atau cakupan tema yang boleh mereka lihat sebagai anak remaja. Yang cakupannya belum boleh untuk di buka ya kita sarankan untuk tidak dibuka terlebih dahulu. Dengan menjalin hubungan layaknya teman sharing atau cerita dan tidak " menghakikimi" anak-anak kita akan lebih terbuka di dalam dunia teknologi mereka masing-masing. Semakin nyata dan berpengaruh ya semoga manfaat wanita di dalam segi pendidikan di dalam perannya individunya masing-masing. 

   Hal yang cukup menarik perhatian mengapa wanita wajib untuk mempunyai pendidikan yang mumpuni supaya mencegah angka pernikahan dini yang sampai dengan sekarang di Indonesia. Angkanya masih belum bisa di kendalikan yang bagaimana. Di mana sekarang ini di Indonesia semua murid didik tidak terkecuali wanita harus bersekolah sampai dengan usia 17 tahun. Hal ini dapat di pahami paling tidak wanita tidak sampai di bawah umur yang melangsungkan pernikahan terlebih dahulu. Bagaimana wanita yang di bawah umur hendak melangsungkan pernikahan di tambah dengan tidak mempunyai bekal pendidikan yang sesuai pula. Ke depannya akan sulit perannya sendiri nanti di dalam bahtera pernikahan mereka sendiri. Karenanya pendidikan yang cukup bagi wanita itu sama sekali tidak bisa di tolak oleh kaum hawa. Bagaimana kita sebagai wanita yang hendak masuk ke dalam bahtera pernikahan, akan tetapi kita tidak berusaha mengimbangi peran kita sebagai istri yang baik di dalam bahtera pernikahan kita nantinya. Kita harus lebih peka dan mempersiapkan diri kita supaya tentunya pernikahan mereka sendiri dapat langgeng tentunya. Tujuan pendidikan yang cukup itu sebenarnya buat kebaikan wanita itu sendiri bukan untuk siapa-siapa tetapi kembali untuk wanita itu sendiri di dalam fungsinya sebagai istri yang mumpuni untuk suaminya. Seperti apakah fungsi wanita itu sendiri lalu? Kita telusuri selanjutnya yuk.

      Selangkah sudah status kita menjadi istri dan selanjutnya ibu dari anak-anak kita kelak. Bisa jadi pendapat dan keinginan suami kita menjadi istri yang baik bagi dirinya dan bisa mengasuh anak-anak mereka nantinya. Bagi kita yang mempunyai profesi sebagai wanita karier atau yang bekerja di saat sebelum melangkah di dalam bahtera pernikahan kita. Alangkah baiknya hal ini di disukusikan bersama untuk kebaikan pernikahan mereka sendiri. Dalam artian apakah sesaat setelah memasuki bahtera pernikahan nantinya sang istri masih di perbolehkan untuk bekerja yang di sesuikan waktu dan fugsinya sebagai istri bagi buah hati mereka sendiri. Biasanya yang terjadi wanita karier itu tidak bisa sepenuhnya meninggalkan dari pekerjaan yang telah mereka lakukan sesaat setelah mereka masuk ke dalam bahtera pernikahan. Mereka mempunyai pandangan bahwa mereka sudah terbiasa mandiri dengan kaki mereka sendiri untuk menghidupi dan mencukupi kehidupannya. Jika sesaat mereka masuk ke dalam pernikahan dan sama sekali hanya mempunyai status ibu rt, hal ini akan sedikit lebih sulit bagi diri mereka sendiri. Nah, alangkah baik nya dari sisi suami memberikan pengertian dan kelonggaran kepada istrinya untuk fungsinya apakah di perbolehkan untuk bekerja apakah yang sebaliknya menjadi ibu rumah tangga saja? Bagaimanapun fungsi pendidikan itu sendiri agar wanita dapat mandiri dan mempunyai sifat percaya diri yang terus di kembangkannya. Karena dengan pendidikan yang mumpuni, wanita bisa menunjukkan statusnya dan fungsinya yang sebenarnya kepada suaminya sendiri.

     Manfaat pendidikan tersendiri bagi wanita yang terakhir yang barangkali kita tidak menyadarinya apakah itu yaitu menghindari wanita dari perdagangan bebas yang ada sampai dengan sekarang ini. Inilah yang menjadi fungsi wanita itu sendiri agar wanita selalu memberdayakan dari pendidikan di dalam keluarga dan lingkungannya sendiri. Mari terus memberi arti sendiri sebagaimana kita sendiri sebagai wanita di dalam peran dan fungsi kita masing-masing. Jangan pernah tidak memberi arti tersendiri di dalam mengejar asa dan harapan impian kita masing-masing para wanita Indonesia. Jangan pernah padamkan semangat yang membara yang ada di dalam diri kita masing-masing, agar kesetaraan kita terus di sejajarkan dengan lawan jenis kita entah di dalam dunia kerja dan bahtera keluarga kita masing-masing. Bila R.A kartini menyampaikan sudah sepatutnya kita membuat sejarah tertentu, kita mesti menentukan masa depan yang sesuai dengan keperluan sebagai kaum perempuan dan harus mendapat pendidikan yang cukup sesuai dengan kaum laki-laki. Kaum hawa dari sabang sampai merauke perjuangkan hak Kartini seperti kamu memperjuangkan pendidikan di dalam impian dan asamu semata. 



Comments