Leadership yang mumpuni , bukan leader yang yang" tampak luarnya "saja.

    

Leadership" yang Visioner dan Transformasional Chappy Hakim Kompas.com - 24/06/2017, 06:16 WIB -(THINKSTOCK) Kepemimpinan atau leadership belakangan ini terlihat sekali sangat dibutuhkan oleh berbagai pihak, baik perorangan maupun dan terutama oleh institusi. Salah satu penyebabnya adalah faktor persaingan yang semakin hari menjadi semakin tajam. Di negara maju sudah sangat jelas terlihat bahwa materi leadership sudah merambah pada berbagai sektor kehidupan terutama sekali pada bidang pendidikan. Sebenarnya, leadership pada awalnya banyak dikembangkan dalam dunia militer yang memang sangat membutuhkan pengetahuan soal kepemimpinan. Tujuan yang hendak dicapai di dunia militer jelas, terang benderang, yaitu memenangkan pertempuran atau peperangan. Leadership amat menentukan untuk mencapai tujuan ini. Militer adalah dunia yang hitam putih, dunia dengan lingkungan disiplin tinggi dan model kepemimpinan yang cenderung dan harus otoriter. Pada tataran yang sangat otoriter inilah kemudian dibutuhkan seni memimpin yang cenderung "memaksa" akan tetapi bertolak belakang dengan itu berharap bagi mereka yang dipaksa dapat melakukannya dengan "sukarela". Inilah antara lain yang memunculkan banyak teori tentang kepemimpinan. Di dunia militer dikenal istilah "officership" atau keperwiraan. Perwira atau officer adalah orang yang memegang peranan dalam pelaksanaan perintah atau komando. Oleh karena itu, seorang perwira harus dibekali dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan yang dapat digunakannya dalam mencapai tujuan pelaksanaan tugas. Perubahan Tidak bisa dihindari, dalam situasi dan lingkungan yang penuh dengan persaingan yang semakin hari semakin ketat dan cenderung keras, hanya ada satu resep yang dapat menjadi acuan untuk memenangkan kompetisi yaitu "perubahan" atau kemampuan untuk "berubah". Banyak ilmu perang yang kemudian diadaptasi ke dunia bisnis. Istilah taktik dan strategi tidak lagi dipahami dalam konteks perang, tapi juga dimengerti dalam konteks persaingan bisnis. Jepang adalah salah satu negara yang sukses beradaptasi dengan perubahan. Sebagai negara yang kalah perang, Jepang berhasil bangkit dan menjadi negara penguasa teknologi. Banyak penelitian menyimpulkan, rahasia sukses orang Jepang adalah filosofi tentang kaizen yaitu kiat dan keyakinan untuk selalu melakukan perubahan tiada henti. Tidak mudah. Mewujudkan perubahan tidak sesederhana yang dipikirkan. Menurut prinsip Pareto, seruan perubahan biasanya hanya disetujui oleh sekitar 20 persen orang. Sisanya, 80 persen, cenderung menolak perubahan. Melakukan perubahan ternyata memang cukup sulit. Kenapa? Sebelum bergerak untuk berubah, telebih dulu dibutuhkan kesamaan persepsi dan kesamaan gaya berpikir. Persepsi akan sangat tergantung pada paradigma atau unsur unsur yang membangun sebuah keadaan. Paradigma sangat menentukan dalam membangun persepsi seseorang. Sedangkan gaya berpikir dipengaruhi oleh gaya berpikir yang "reaktif" dan gaya berpikir yang "kreatif". Hanya dengan menyamakan persepsi yang sangat tergantung pada pradigma dan gaya berpikir yang kreatif, langkah perubahan dapat dilakukan dengan baik dan dapat diharapkan menjadi lebih mudah untuk mencapai keberhasilan. Dalam upaya mewujudkan perubahan itulah, maka peran kepemimpinan atau leadership menjadi sangat penting. Dalam hal situasi dan kondisi yang tengah kita hadapi saat ini dan antisipasi ke depan maka di situlah akan dapat ditentukan leadership yang bagaimana yang sangat dibutuhkan atau perlu mendapat perhatian utama. Visioner dan transformasional Dua aspek leadership penting yang banyak diulas belakangan ini adalah visioner dan transformasional. Apa itu? Mari kita cermati sejenak keduanya. Leadership visioner ditunjukkan oleh Nelson Mandela yang berjuang puluhan tahun demi memperjuangkan persamaan hak warga kulit hitam dan kulit putih di Afrika Selatan. Mandela bahkan berhasil menjadi presiden Afrika Selatan. Mandela kemudian menjadi terkenal. Kiat-kiat kepemimpinannya dipelajari. Salah satu yang ditemukan pada karakter kepemimpinan Mandela adalah hubungan visi dan aksi. Dikatakan, orang tidak cukup hanya dengan memiliki visi saja. Jika hanya memiliki visi, orang hanya akan jadi seorang pemimpi di siang bolong. Demikian pula orang tidak cukup hanya dengan melakukan aksi saja tanpa visi. Aksi tanpa visi hanya akan membuang waktu percuma. Nah, yang dibutuhkan seorang pemimpin untuk membuat sebuah perubahan, bahkan perubahan yang mendunia, adalah memiliki visi sekaligus aksi untuk mewujudkan visi itu. Nelson Mandela mengatakan sebagai sebuah kemampuan yang bisa "change the world". Bagaimana dengan leadership transformasional? Leadership jenis ini ditunjukkan antara lain oleh Julia Gillard, perdana menteri wanita pertama Australia. Gillard menguraikan konsep perubahan bagi Australia di masa mendatang dalam pengantar buku putih Australia. Banyak kalangan berpendapat, masa mendatang adalah miliknya Asia. Namun, Gillard meyakinkan masyarakat Australia bahwa abad-nya Asia itu merupakan "Australian opportunity" . Dia mengajak seluruh warga negara Australlia menggunakan opportunity pada abadnya Asia ini untuk dapat membawa kejayaan bagi Australia.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul ""Leadership" yang Visioner dan Transformasional", https://nasional.kompas.com/read/2017/06/24/06160031/.leadership.yang.visioner.dan.transformasional.
Penulis : Chappy Hakim

       

 



     Leadership. Apa yang ada di dalam benak kalian masing-masing saat ini? Jika boleh saya coba untuk tanyakan kepada kalian masing-masing? Apakah sebuah kata Leadership tidak terlalu berarti bagi kalian masing-masing? Atau sebaliknya sangat penting? Sehingga jika kata leadership ini sudah terpatri di dalam diri kalian masing-masing. Kita akan terus mengusahakannya bagaimana ke-leadership an yang ada di dalam diri saya akan dapat berkontribusi di dalam praktek dan teorinya untuk perusahaan dan anak buah saya tentunya. 
Terlepas apakah perusahaan itu konsvensional atau tidak,  tidak menjadi masalah. Yang terpenting adalah bagaimana peran seorang leader itu benar-benar terpatri dan menjiwai di dalam lubuk hati yang terceminkan dari anak buahnya. Leadership tidak akan lepas begitu saja dengan yang namanya karakter dan jiwa nelangsa dan keseriusan memberikan arahan yang terpadu kepada anak buahnya. karena kalau tidak anak buahnya akan merasa hilang tanpa batas tidak menentu. leader boleh saja sudah banyak makan "garam" yang ada dibandingkan dengan anak buahnya. akan tetapi bagaimanapun juga leader yang akan dibentuk karakternya tentunya tidak lain oleh anak buah mereka sendiri. Nah, sudah sanggupkah kalau demikian seorang leader mau dibentuk dengan tidak mengutamakan ego mereka sendiri. Jangan mudah hanya mengendalikan emosi orang lain kalau emosi dan ego sendiri tidak dapat dikendalikan dengan baik terlebih dahulu. Mari terus periksa alias cek dan re-check kembali apakah benar yang dilakukan oleh diri kita sendiri yang mana men-cap atau me-label kita sendiri seorang leader. Kalau ( memang) belum seimbang pembelajaran di dalam diri kita sendiri sebagai seorang leader yang mumpuni terlebih terhadap anak buah mereka sendiri. Marilah berdiam diri tanpa memberi beban yang berlebihan atau tidak sesuai kepada anak buahnya. Mari terus perbarui diri sendiri dan jadikan atau paling tidak rangkul anak buah mereka layaknya teman-teman mereka sendiri. Sehingga anak buah anda sendiri yang sudah sedemikian berusaha untuk memposisikan anda tidak terlunta-lunta atau bahasa sederhananya terbiaskan tanpa tau kemana arah dan langkah mana yang harus mereka ambil selanjutnya. Mari terus bersikap layaknya seorang leader yang bukan hanya membiaskan sikap "keras" yang tidak pada tempat dan situasinya. 


     Nah, setelah kita tentunya menyadari seberapa pentingnya peran serta seorang leader di dalam perusahaan atau anggota dari anak buahnya. Hal apa yang harus di hilangkan dari saya yang belum merunjuk dan layak di cap menjadi seorang leader.  Coba kita renungkan dan pikirkan lebih dalam lagi hal ini? Jangan sampai hal ini yang menjadi salah di dalam pertimbangan dalam mendelegasikan masalah baik internal mau eksternal kepada diri sendiri terlebih kepada anak buah kita masing-masing. Ketika kita sudah siap men-cap diri sendiri sebagai seorang leader adanya, yang harus kita lakukan adalah rendah hati dan mumpuni. Karakter dan sifat dari seorang pemimpin tentunya didasarkan atau mengacu kepada beberapa kategori diantaranya kategori yang berbeda dari sifat dan juga intelektual atau sifat / karakter kepemimpinan. bebicara tentang karakter di sini tidak akan bisa terlepas begitu saja dengan karunia yang diberikan dari lahir yang diberikan oleh Yang Maha Esa tentunya. Kita coba bahas lebih detail tentang karunia ini lebih lagi di mana kita masing-masing tentunya mempunyai sifat yang berbeda satu dengan yang lainnya. Akan tetapi ketika kita sudah berada di dalam "ranah" leadership sifat kepemimpinan yang bukan dengan otoriter yang terlau berlebihan yang ingin di sampaikan kepada anak buahnya akan tetapi lebih  mengatasi bersama masalah yang dihadapi. Yang ingin saya coba uraikan di sini sifat dari leader adalah tentunya tanggung jawab, melindungi, peduli. Bagaimana mengaplikasikannya kepada bawahannya itulah leader yang akan mencoba mengukurnya sendiri. Yang kedua yaitu intelektual , dengan cara seperti apa dalam mengasah intelektualnya? Tentunya kembali dengan para leader itu sendiri. Dan jika leader itu dengan rendahhati ( sekali lagi, tidak ada batasan pemaksaan di dalam konteks ini, hanya kesadaran diri sendiri lagi). Berusaha untuk mencari jalan keluar yang terbaik dengan tidak mencari kesalahan yang ada di dalam diri anak buahnya. Ketika mereka melihat adanya ketidaksesuaian di dalam diri anak buahnya, sebaliknya maukah  mereka untuk diberi masukan , kritik membangun dan sanggahan tersendiri dan membuka hati mereka seluas samudra. Jadi ,intinya adalah harus dapat mengkombinasikan dengan elegan dan dinamis emosi dan intelektual sebagai seorang leader dengan " manis" dan terarah. Semoga harapannya setelah tulisan ini dibuat bukan dengan isapan jempol saja, apapun masalah yang di hadapi kedua belah pihak dapat di selesaikan dengan clear tanpa ganjalan yang berarti. Leader belajar untuk lebih me-lead anak buahnya tanpa beban dan tekanan kedua belah pihak yang berarti. Itu akan berdampak lebih baik ke depannya harapannya.
     

     Hal lain yang ingin coba di sampaikan di dalam menghadapi setiap permasalahan yang ada apakah itu di dalam suatu organisasi atau perusahaan bisnis apapun. Peran serta seorang pemimpin di dalam menyelesaikan setiap permasalahan apapun bentuknya bukan di dasarkan oleh hadirnya pemipin tersebut. Akan tetapi lebih kepada bagaimana anak buahnya yang selalu di dorong dan diberikan semangat yang timbul di dalam diri mereka masing-masing akan masalah apapun yang sedang di hadapi mereka masing-masing. Di sinilah peran serta seorang leader tentunya sangat dibutuhkan oleh anak buah mereka masing-masing. Leadership sampai kapan pun itu unik wujud dan bentuknya yang tidak dapat diungkapkan atau di deskripisikan dengan bahasa apapun.Harus datang dari dalam lubuk hati mereka masing-masing yang mana dapat menyentuh sisi paling dalam dari anak buah mereka. Karena kalau mereka tidak bisa menyentuh sisi bagian dalam anak buah mereka dan hanya mereka-reka dan seakan menyalahkan bukan mensupoort. Lebih baik dianjurkan untuk belajar dari awal lagi bagaimana , apa saja yang harus dilakukan untuk menjadi seorang leader yang baik. Paling tidak baik harus benar di dalam diri mereka sendiri, lalu kepada perusahaan dan kepada anak buahnya. Kalau ada sifat-sifat yang kurang berkenan segera mau untuk di pangkas , tidak berusaha menggurui , dan tentunya masih banyak jangan dan tidak yang lain. Yang mana hanya leader itu sendiri yang mempunyai keinginan untuk selalu dibentuk dan tidak semena-mena memakai ego mereka masing-masing. Harapan dan masukan nya tidak lain dan tidak bukan adalah tetaplah menjadi leader yang mumpuni akan tetapi hanya terlihat dari luar saja. Kita ini generasi milenial yang dapat diajak diskuso ke dua belah pihak bukan sebaliknya dari satu pihak saja tanpa tahu inti atau pokok permasalahannya yangsebenarnya seperti apa. Semoga dapat dipahami dan di aplikasikan di dalam keseharian anda layaknya leader bukan yang sebaliknya.
Leadership" yang Visioner dan Transformasional Chappy Hakim Kompas.com - 24/06/2017, 06:16 WIB -(THINKSTOCK) Kepemimpinan atau leadership belakangan ini terlihat sekali sangat dibutuhkan oleh berbagai pihak, baik perorangan maupun dan terutama oleh institusi. Salah satu penyebabnya adalah faktor persaingan yang semakin hari menjadi semakin tajam. Di negara maju sudah sangat jelas terlihat bahwa materi leadership sudah merambah pada berbagai sektor kehidupan terutama sekali pada bidang pendidikan. Sebenarnya, leadership pada awalnya banyak dikembangkan dalam dunia militer yang memang sangat membutuhkan pengetahuan soal kepemimpinan. Tujuan yang hendak dicapai di dunia militer jelas, terang benderang, yaitu memenangkan pertempuran atau peperangan. Leadership amat menentukan untuk mencapai tujuan ini. Militer adalah dunia yang hitam putih, dunia dengan lingkungan disiplin tinggi dan model kepemimpinan yang cenderung dan harus otoriter. Pada tataran yang sangat otoriter inilah kemudian dibutuhkan seni memimpin yang cenderung "memaksa" akan tetapi bertolak belakang dengan itu berharap bagi mereka yang dipaksa dapat melakukannya dengan "sukarela". Inilah antara lain yang memunculkan banyak teori tentang kepemimpinan. Di dunia militer dikenal istilah "officership" atau keperwiraan. Perwira atau officer adalah orang yang memegang peranan dalam pelaksanaan perintah atau komando. Oleh karena itu, seorang perwira harus dibekali dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan yang dapat digunakannya dalam mencapai tujuan pelaksanaan tugas. Perubahan Tidak bisa dihindari, dalam situasi dan lingkungan yang penuh dengan persaingan yang semakin hari semakin ketat dan cenderung keras, hanya ada satu resep yang dapat menjadi acuan untuk memenangkan kompetisi yaitu "perubahan" atau kemampuan untuk "berubah". Banyak ilmu perang yang kemudian diadaptasi ke dunia bisnis. Istilah taktik dan strategi tidak lagi dipahami dalam konteks perang, tapi juga dimengerti dalam konteks persaingan bisnis. Jepang adalah salah satu negara yang sukses beradaptasi dengan perubahan. Sebagai negara yang kalah perang, Jepang berhasil bangkit dan menjadi negara penguasa teknologi. Banyak penelitian menyimpulkan, rahasia sukses orang Jepang adalah filosofi tentang kaizen yaitu kiat dan keyakinan untuk selalu melakukan perubahan tiada henti. Tidak mudah. Mewujudkan perubahan tidak sesederhana yang dipikirkan. Menurut prinsip Pareto, seruan perubahan biasanya hanya disetujui oleh sekitar 20 persen orang. Sisanya, 80 persen, cenderung menolak perubahan. Melakukan perubahan ternyata memang cukup sulit. Kenapa? Sebelum bergerak untuk berubah, telebih dulu dibutuhkan kesamaan persepsi dan kesamaan gaya berpikir. Persepsi akan sangat tergantung pada paradigma atau unsur unsur yang membangun sebuah keadaan. Paradigma sangat menentukan dalam membangun persepsi seseorang. Sedangkan gaya berpikir dipengaruhi oleh gaya berpikir yang "reaktif" dan gaya berpikir yang "kreatif". Hanya dengan menyamakan persepsi yang sangat tergantung pada pradigma dan gaya berpikir yang kreatif, langkah perubahan dapat dilakukan dengan baik dan dapat diharapkan menjadi lebih mudah untuk mencapai keberhasilan. Dalam upaya mewujudkan perubahan itulah, maka peran kepemimpinan atau leadership menjadi sangat penting. Dalam hal situasi dan kondisi yang tengah kita hadapi saat ini dan antisipasi ke depan maka di situlah akan dapat ditentukan leadership yang bagaimana yang sangat dibutuhkan atau perlu mendapat perhatian utama. Visioner dan transformasional Dua aspek leadership penting yang banyak diulas belakangan ini adalah visioner dan transformasional. Apa itu? Mari kita cermati sejenak keduanya. Leadership visioner ditunjukkan oleh Nelson Mandela yang berjuang puluhan tahun demi memperjuangkan persamaan hak warga kulit hitam dan kulit putih di Afrika Selatan. Mandela bahkan berhasil menjadi presiden Afrika Selatan. Mandela kemudian menjadi terkenal. Kiat-kiat kepemimpinannya dipelajari. Salah satu yang ditemukan pada karakter kepemimpinan Mandela adalah hubungan visi dan aksi. Dikatakan, orang tidak cukup hanya dengan memiliki visi saja. Jika hanya memiliki visi, orang hanya akan jadi seorang pemimpi di siang bolong. Demikian pula orang tidak cukup hanya dengan melakukan aksi saja tanpa visi. Aksi tanpa visi hanya akan membuang waktu percuma. Nah, yang dibutuhkan seorang pemimpin untuk membuat sebuah perubahan, bahkan perubahan yang mendunia, adalah memiliki visi sekaligus aksi untuk mewujudkan visi itu. Nelson Mandela mengatakan sebagai sebuah kemampuan yang bisa "change the world". Bagaimana dengan leadership transformasional? Leadership jenis ini ditunjukkan antara lain oleh Julia Gillard, perdana menteri wanita pertama Australia. Gillard menguraikan konsep perubahan bagi Australia di masa mendatang dalam pengantar buku putih Australia. Banyak kalangan berpendapat, masa mendatang adalah miliknya Asia. Namun, Gillard meyakinkan masyarakat Australia bahwa abad-nya Asia itu merupakan "Australian opportunity" . Dia mengajak seluruh warga negara Australlia menggunakan opportunity pada abadnya Asia ini untuk dapat membawa kejayaan bagi Australia.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul ""Leadership" yang Visioner dan Transformasional", https://nasional.kompas.com/read/2017/06/24/06160031/.leadership.yang.visioner.dan.transformasional.
Penulis : Chappy Hakim
Leadership" yang Visioner dan Transformasional Chappy Hakim Kompas.com - 24/06/2017, 06:16 WIB -(THINKSTOCK) Kepemimpinan atau leadership belakangan ini terlihat sekali sangat dibutuhkan oleh berbagai pihak, baik perorangan maupun dan terutama oleh institusi. Salah satu penyebabnya adalah faktor persaingan yang semakin hari menjadi semakin tajam. Di negara maju sudah sangat jelas terlihat bahwa materi leadership sudah merambah pada berbagai sektor kehidupan terutama sekali pada bidang pendidikan. Sebenarnya, leadership pada awalnya banyak dikembangkan dalam dunia militer yang memang sangat membutuhkan pengetahuan soal kepemimpinan. Tujuan yang hendak dicapai di dunia militer jelas, terang benderang, yaitu memenangkan pertempuran atau peperangan. Leadership amat menentukan untuk mencapai tujuan ini. Militer adalah dunia yang hitam putih, dunia dengan lingkungan disiplin tinggi dan model kepemimpinan yang cenderung dan harus otoriter. Pada tataran yang sangat otoriter inilah kemudian dibutuhkan seni memimpin yang cenderung "memaksa" akan tetapi bertolak belakang dengan itu berharap bagi mereka yang dipaksa dapat melakukannya dengan "sukarela". Inilah antara lain yang memunculkan banyak teori tentang kepemimpinan. Di dunia militer dikenal istilah "officership" atau keperwiraan. Perwira atau officer adalah orang yang memegang peranan dalam pelaksanaan perintah atau komando. Oleh karena itu, seorang perwira harus dibekali dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan yang dapat digunakannya dalam mencapai tujuan pelaksanaan tugas. Perubahan Tidak bisa dihindari, dalam situasi dan lingkungan yang penuh dengan persaingan yang semakin hari semakin ketat dan cenderung keras, hanya ada satu resep yang dapat menjadi acuan untuk memenangkan kompetisi yaitu "perubahan" atau kemampuan untuk "berubah". Banyak ilmu perang yang kemudian diadaptasi ke dunia bisnis. Istilah taktik dan strategi tidak lagi dipahami dalam konteks perang, tapi juga dimengerti dalam konteks persaingan bisnis. Jepang adalah salah satu negara yang sukses beradaptasi dengan perubahan. Sebagai negara yang kalah perang, Jepang berhasil bangkit dan menjadi negara penguasa teknologi. Banyak penelitian menyimpulkan, rahasia sukses orang Jepang adalah filosofi tentang kaizen yaitu kiat dan keyakinan untuk selalu melakukan perubahan tiada henti. Tidak mudah. Mewujudkan perubahan tidak sesederhana yang dipikirkan. Menurut prinsip Pareto, seruan perubahan biasanya hanya disetujui oleh sekitar 20 persen orang. Sisanya, 80 persen, cenderung menolak perubahan. Melakukan perubahan ternyata memang cukup sulit. Kenapa? Sebelum bergerak untuk berubah, telebih dulu dibutuhkan kesamaan persepsi dan kesamaan gaya berpikir. Persepsi akan sangat tergantung pada paradigma atau unsur unsur yang membangun sebuah keadaan. Paradigma sangat menentukan dalam membangun persepsi seseorang. Sedangkan gaya berpikir dipengaruhi oleh gaya berpikir yang "reaktif" dan gaya berpikir yang "kreatif". Hanya dengan menyamakan persepsi yang sangat tergantung pada pradigma dan gaya berpikir yang kreatif, langkah perubahan dapat dilakukan dengan baik dan dapat diharapkan menjadi lebih mudah untuk mencapai keberhasilan. Dalam upaya mewujudkan perubahan itulah, maka peran kepemimpinan atau leadership menjadi sangat penting. Dalam hal situasi dan kondisi yang tengah kita hadapi saat ini dan antisipasi ke depan maka di situlah akan dapat ditentukan leadership yang bagaimana yang sangat dibutuhkan atau perlu mendapat perhatian utama. Visioner dan transformasional Dua aspek leadership penting yang banyak diulas belakangan ini adalah visioner dan transformasional. Apa itu? Mari kita cermati sejenak keduanya. Leadership visioner ditunjukkan oleh Nelson Mandela yang berjuang puluhan tahun demi memperjuangkan persamaan hak warga kulit hitam dan kulit putih di Afrika Selatan. Mandela bahkan berhasil menjadi presiden Afrika Selatan. Mandela kemudian menjadi terkenal. Kiat-kiat kepemimpinannya dipelajari. Salah satu yang ditemukan pada karakter kepemimpinan Mandela adalah hubungan visi dan aksi. Dikatakan, orang tidak cukup hanya dengan memiliki visi saja. Jika hanya memiliki visi, orang hanya akan jadi seorang pemimpi di siang bolong. Demikian pula orang tidak cukup hanya dengan melakukan aksi saja tanpa visi. Aksi tanpa visi hanya akan membuang waktu percuma. Nah, yang dibutuhkan seorang pemimpin untuk membuat sebuah perubahan, bahkan perubahan yang mendunia, adalah memiliki visi sekaligus aksi untuk mewujudkan visi itu. Nelson Mandela mengatakan sebagai sebuah kemampuan yang bisa "change the world". Bagaimana dengan leadership transformasional? Leadership jenis ini ditunjukkan antara lain oleh Julia Gillard, perdana menteri wanita pertama Australia. Gillard menguraikan konsep perubahan bagi Australia di masa mendatang dalam pengantar buku putih Australia. Banyak kalangan berpendapat, masa mendatang adalah miliknya Asia. Namun, Gillard meyakinkan masyarakat Australia bahwa abad-nya Asia itu merupakan "Australian opportunity" . Dia mengajak seluruh warga negara Australlia menggunakan opportunity pada abadnya Asia ini untuk dapat membawa kejayaan bagi Australia.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul ""Leadership" yang Visioner dan Transformasional", https://nasional.kompas.com/read/2017/06/24/06160031/.leadership.yang.visioner.dan.transformasional.
Penulis : Chappy Hakim
Leadership" yang Visioner dan Transformasional Chappy Hakim Kompas.com - 24/06/2017, 06:16 WIB -(THINKSTOCK) Kepemimpinan atau leadership belakangan ini terlihat sekali sangat dibutuhkan oleh berbagai pihak, baik perorangan maupun dan terutama oleh institusi. Salah satu penyebabnya adalah faktor persaingan yang semakin hari menjadi semakin tajam. Di negara maju sudah sangat jelas terlihat bahwa materi leadership sudah merambah pada berbagai sektor kehidupan terutama sekali pada bidang pendidikan. Sebenarnya, leadership pada awalnya banyak dikembangkan dalam dunia militer yang memang sangat membutuhkan pengetahuan soal kepemimpinan. Tujuan yang hendak dicapai di dunia militer jelas, terang benderang, yaitu memenangkan pertempuran atau peperangan. Leadership amat menentukan untuk mencapai tujuan ini. Militer adalah dunia yang hitam putih, dunia dengan lingkungan disiplin tinggi dan model kepemimpinan yang cenderung dan harus otoriter. Pada tataran yang sangat otoriter inilah kemudian dibutuhkan seni memimpin yang cenderung "memaksa" akan tetapi bertolak belakang dengan itu berharap bagi mereka yang dipaksa dapat melakukannya dengan "sukarela". Inilah antara lain yang memunculkan banyak teori tentang kepemimpinan. Di dunia militer dikenal istilah "officership" atau keperwiraan. Perwira atau officer adalah orang yang memegang peranan dalam pelaksanaan perintah atau komando. Oleh karena itu, seorang perwira harus dibekali dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan yang dapat digunakannya dalam mencapai tujuan pelaksanaan tugas. Perubahan Tidak bisa dihindari, dalam situasi dan lingkungan yang penuh dengan persaingan yang semakin hari semakin ketat dan cenderung keras, hanya ada satu resep yang dapat menjadi acuan untuk memenangkan kompetisi yaitu "perubahan" atau kemampuan untuk "berubah". Banyak ilmu perang yang kemudian diadaptasi ke dunia bisnis. Istilah taktik dan strategi tidak lagi dipahami dalam konteks perang, tapi juga dimengerti dalam konteks persaingan bisnis. Jepang adalah salah satu negara yang sukses beradaptasi dengan perubahan. Sebagai negara yang kalah perang, Jepang berhasil bangkit dan menjadi negara penguasa teknologi. Banyak penelitian menyimpulkan, rahasia sukses orang Jepang adalah filosofi tentang kaizen yaitu kiat dan keyakinan untuk selalu melakukan perubahan tiada henti. Tidak mudah. Mewujudkan perubahan tidak sesederhana yang dipikirkan. Menurut prinsip Pareto, seruan perubahan biasanya hanya disetujui oleh sekitar 20 persen orang. Sisanya, 80 persen, cenderung menolak perubahan. Melakukan perubahan ternyata memang cukup sulit. Kenapa? Sebelum bergerak untuk berubah, telebih dulu dibutuhkan kesamaan persepsi dan kesamaan gaya berpikir. Persepsi akan sangat tergantung pada paradigma atau unsur unsur yang membangun sebuah keadaan. Paradigma sangat menentukan dalam membangun persepsi seseorang. Sedangkan gaya berpikir dipengaruhi oleh gaya berpikir yang "reaktif" dan gaya berpikir yang "kreatif". Hanya dengan menyamakan persepsi yang sangat tergantung pada pradigma dan gaya berpikir yang kreatif, langkah perubahan dapat dilakukan dengan baik dan dapat diharapkan menjadi lebih mudah untuk mencapai keberhasilan. Dalam upaya mewujudkan perubahan itulah, maka peran kepemimpinan atau leadership menjadi sangat penting. Dalam hal situasi dan kondisi yang tengah kita hadapi saat ini dan antisipasi ke depan maka di situlah akan dapat ditentukan leadership yang bagaimana yang sangat dibutuhkan atau perlu mendapat perhatian utama. Visioner dan transformasional Dua aspek leadership penting yang banyak diulas belakangan ini adalah visioner dan transformasional. Apa itu? Mari kita cermati sejenak keduanya. Leadership visioner ditunjukkan oleh Nelson Mandela yang berjuang puluhan tahun demi memperjuangkan persamaan hak warga kulit hitam dan kulit putih di Afrika Selatan. Mandela bahkan berhasil menjadi presiden Afrika Selatan. Mandela kemudian menjadi terkenal. Kiat-kiat kepemimpinannya dipelajari. Salah satu yang ditemukan pada karakter kepemimpinan Mandela adalah hubungan visi dan aksi. Dikatakan, orang tidak cukup hanya dengan memiliki visi saja. Jika hanya memiliki visi, orang hanya akan jadi seorang pemimpi di siang bolong. Demikian pula orang tidak cukup hanya dengan melakukan aksi saja tanpa visi. Aksi tanpa visi hanya akan membuang waktu percuma. Nah, yang dibutuhkan seorang pemimpin untuk membuat sebuah perubahan, bahkan perubahan yang mendunia, adalah memiliki visi sekaligus aksi untuk mewujudkan visi itu. Nelson Mandela mengatakan sebagai sebuah kemampuan yang bisa "change the world". Bagaimana dengan leadership transformasional? Leadership jenis ini ditunjukkan antara lain oleh Julia Gillard, perdana menteri wanita pertama Australia. Gillard menguraikan konsep perubahan bagi Australia di masa mendatang dalam pengantar buku putih Australia. Banyak kalangan berpendapat, masa mendatang adalah miliknya Asia. Namun, Gillard meyakinkan masyarakat Australia bahwa abad-nya Asia itu merupakan "Australian opportunity" . Dia mengajak seluruh warga negara Australlia menggunakan opportunity pada abadnya Asia ini untuk dapat membawa kejayaan bagi Australia.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul ""Leadership" yang Visioner dan Transformasional", https://nasional.kompas.com/read/2017/06/24/06160031/.leadership.yang.visioner.dan.transformasional.
Penulis : Chappy Hakim
"Leadership" yang Visioner dan Transformasional Chappy Hakim Kompas.com - 24/06/2017, 06:16 WIB -(THINKSTOCK) Kepemimpinan atau leadership belakangan ini terlihat sekali sangat dibutuhkan oleh berbagai pihak, baik perorangan maupun dan terutama oleh institusi. Salah satu penyebabnya adalah faktor persaingan yang semakin hari menjadi semakin tajam. Di negara maju sudah sangat jelas terlihat bahwa materi leadership sudah merambah pada berbagai sektor kehidupan terutama sekali pada bidang pendidikan. Sebenarnya, leadership pada awalnya banyak dikembangkan dalam dunia militer yang memang sangat membutuhkan pengetahuan soal kepemimpinan. Tujuan yang hendak dicapai di dunia militer jelas, terang benderang, yaitu memenangkan pertempuran atau peperangan. Leadership amat menentukan untuk mencapai tujuan ini. Militer adalah dunia yang hitam putih, dunia dengan lingkungan disiplin tinggi dan model kepemimpinan yang cenderung dan harus otoriter. Pada tataran yang sangat otoriter inilah kemudian dibutuhkan seni memimpin yang cenderung "memaksa" akan tetapi bertolak belakang dengan itu berharap bagi mereka yang dipaksa dapat melakukannya dengan "sukarela". Inilah antara lain yang memunculkan banyak teori tentang kepemimpinan. Di dunia militer dikenal istilah "officership" atau keperwiraan. Perwira atau officer adalah orang yang memegang peranan dalam pelaksanaan perintah atau komando. Oleh karena itu, seorang perwira harus dibekali dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan yang dapat digunakannya dalam mencapai tujuan pelaksanaan tugas. Perubahan Tidak bisa dihindari, dalam situasi dan lingkungan yang penuh dengan persaingan yang semakin hari semakin ketat dan cenderung keras, hanya ada satu resep yang dapat menjadi acuan untuk memenangkan kompetisi yaitu "perubahan" atau kemampuan untuk "berubah". Banyak ilmu perang yang kemudian diadaptasi ke dunia bisnis. Istilah taktik dan strategi tidak lagi dipahami dalam konteks perang, tapi juga dimengerti dalam konteks persaingan bisnis. Jepang adalah salah satu negara yang sukses beradaptasi dengan perubahan. Sebagai negara yang kalah perang, Jepang berhasil bangkit dan menjadi negara penguasa teknologi. Banyak penelitian menyimpulkan, rahasia sukses orang Jepang adalah filosofi tentang kaizen yaitu kiat dan keyakinan untuk selalu melakukan perubahan tiada henti. Tidak mudah. Mewujudkan perubahan tidak sesederhana yang dipikirkan. Menurut prinsip Pareto, seruan perubahan biasanya hanya disetujui oleh sekitar 20 persen orang. Sisanya, 80 persen, cenderung menolak perubahan. Melakukan perubahan ternyata memang cukup sulit. Kenapa? Sebelum bergerak untuk berubah, telebih dulu dibutuhkan kesamaan persepsi dan kesamaan gaya berpikir. Persepsi akan sangat tergantung pada paradigma atau unsur unsur yang membangun sebuah keadaan. Paradigma sangat menentukan dalam membangun persepsi seseorang. Sedangkan gaya berpikir dipengaruhi oleh gaya berpikir yang "reaktif" dan gaya berpikir yang "kreatif". Hanya dengan menyamakan persepsi yang sangat tergantung pada pradigma dan gaya berpikir yang kreatif, langkah perubahan dapat dilakukan dengan baik dan dapat diharapkan menjadi lebih mudah untuk mencapai keberhasilan. Dalam upaya mewujudkan perubahan itulah, maka peran kepemimpinan atau leadership menjadi sangat penting. Dalam hal situasi dan kondisi yang tengah kita hadapi saat ini dan antisipasi ke depan maka di situlah akan dapat ditentukan leadership yang bagaimana yang sangat dibutuhkan atau perlu mendapat perhatian utama. Visioner dan transformasional Dua aspek leadership penting yang banyak diulas belakangan ini adalah visioner dan transformasional. Apa itu? Mari kita cermati sejenak keduanya. Leadership visioner ditunjukkan oleh Nelson Mandela yang berjuang puluhan tahun demi memperjuangkan persamaan hak warga kulit hitam dan kulit putih di Afrika Selatan. Mandela bahkan berhasil menjadi presiden Afrika Selatan. Mandela kemudian menjadi terkenal. Kiat-kiat kepemimpinannya dipelajari. Salah satu yang ditemukan pada karakter kepemimpinan Mandela adalah hubungan visi dan aksi. Dikatakan, orang tidak cukup hanya dengan memiliki visi saja. Jika hanya memiliki visi, orang hanya akan jadi seorang pemimpi di siang bolong. Demikian pula orang tidak cukup hanya dengan melakukan aksi saja tanpa visi. Aksi tanpa visi hanya akan membuang waktu percuma. Nah, yang dibutuhkan seorang pemimpin untuk membuat sebuah perubahan, bahkan perubahan yang mendunia, adalah memiliki visi sekaligus aksi untuk mewujudkan visi itu. Nelson Mandela mengatakan sebagai sebuah kemampuan yang bisa "change the world". Bagaimana dengan leadership transformasional? Leadership jenis ini ditunjukkan antara lain oleh Julia Gillard, perdana menteri wanita pertama Australia. Gillard menguraikan konsep perubahan bagi Australia di masa mendatang dalam pengantar buku putih Australia. Banyak kalangan berpendapat, masa mendatang adalah miliknya Asia. Namun, Gillard meyakinkan masyarakat Australia bahwa abad-nya Asia itu merupakan "Australian opportunity" . Dia mengajak seluruh warga negara Australlia menggunakan opportunity pada abadnya Asia ini untuk dapat membawa kejayaan bagi Australia.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul ""Leadership" yang Visioner dan Transformasional", https://nasional.kompas.com/read/2017/06/24/06160031/.leadership.yang.visioner.dan.transformasional.
Penulis : Chappy Hakim
"Leadership" yang Visioner dan Transformasional Chappy Hakim Kompas.com - 24/06/2017, 06:16 WIB -(THINKSTOCK) Kepemimpinan atau leadership belakangan ini terlihat sekali sangat dibutuhkan oleh berbagai pihak, baik perorangan maupun dan terutama oleh institusi. Salah satu penyebabnya adalah faktor persaingan yang semakin hari menjadi semakin tajam. Di negara maju sudah sangat jelas terlihat bahwa materi leadership sudah merambah pada berbagai sektor kehidupan terutama sekali pada bidang pendidikan. Sebenarnya, leadership pada awalnya banyak dikembangkan dalam dunia militer yang memang sangat membutuhkan pengetahuan soal kepemimpinan. Tujuan yang hendak dicapai di dunia militer jelas, terang benderang, yaitu memenangkan pertempuran atau peperangan. Leadership amat menentukan untuk mencapai tujuan ini. Militer adalah dunia yang hitam putih, dunia dengan lingkungan disiplin tinggi dan model kepemimpinan yang cenderung dan harus otoriter. Pada tataran yang sangat otoriter inilah kemudian dibutuhkan seni memimpin yang cenderung "memaksa" akan tetapi bertolak belakang dengan itu berharap bagi mereka yang dipaksa dapat melakukannya dengan "sukarela". Inilah antara lain yang memunculkan banyak teori tentang kepemimpinan. Di dunia militer dikenal istilah "officership" atau keperwiraan. Perwira atau officer adalah orang yang memegang peranan dalam pelaksanaan perintah atau komando. Oleh karena itu, seorang perwira harus dibekali dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan yang dapat digunakannya dalam mencapai tujuan pelaksanaan tugas. Perubahan Tidak bisa dihindari, dalam situasi dan lingkungan yang penuh dengan persaingan yang semakin hari semakin ketat dan cenderung keras, hanya ada satu resep yang dapat menjadi acuan untuk memenangkan kompetisi yaitu "perubahan" atau kemampuan untuk "berubah". Banyak ilmu perang yang kemudian diadaptasi ke dunia bisnis. Istilah taktik dan strategi tidak lagi dipahami dalam konteks perang, tapi juga dimengerti dalam konteks persaingan bisnis. Jepang adalah salah satu negara yang sukses beradaptasi dengan perubahan. Sebagai negara yang kalah perang, Jepang berhasil bangkit dan menjadi negara penguasa teknologi. Banyak penelitian menyimpulkan, rahasia sukses orang Jepang adalah filosofi tentang kaizen yaitu kiat dan keyakinan untuk selalu melakukan perubahan tiada henti. Tidak mudah. Mewujudkan perubahan tidak sesederhana yang dipikirkan. Menurut prinsip Pareto, seruan perubahan biasanya hanya disetujui oleh sekitar 20 persen orang. Sisanya, 80 persen, cenderung menolak perubahan. Melakukan perubahan ternyata memang cukup sulit. Kenapa? Sebelum bergerak untuk berubah, telebih dulu dibutuhkan kesamaan persepsi dan kesamaan gaya berpikir. Persepsi akan sangat tergantung pada paradigma atau unsur unsur yang membangun sebuah keadaan. Paradigma sangat menentukan dalam membangun persepsi seseorang. Sedangkan gaya berpikir dipengaruhi oleh gaya berpikir yang "reaktif" dan gaya berpikir yang "kreatif". Hanya dengan menyamakan persepsi yang sangat tergantung pada pradigma dan gaya berpikir yang kreatif, langkah perubahan dapat dilakukan dengan baik dan dapat diharapkan menjadi lebih mudah untuk mencapai keberhasilan. Dalam upaya mewujudkan perubahan itulah, maka peran kepemimpinan atau leadership menjadi sangat penting. Dalam hal situasi dan kondisi yang tengah kita hadapi saat ini dan antisipasi ke depan maka di situlah akan dapat ditentukan leadership yang bagaimana yang sangat dibutuhkan atau perlu mendapat perhatian utama. Visioner dan transformasional Dua aspek leadership penting yang banyak diulas belakangan ini adalah visioner dan transformasional. Apa itu? Mari kita cermati sejenak keduanya. Leadership visioner ditunjukkan oleh Nelson Mandela yang berjuang puluhan tahun demi memperjuangkan persamaan hak warga kulit hitam dan kulit putih di Afrika Selatan. Mandela bahkan berhasil menjadi presiden Afrika Selatan. Mandela kemudian menjadi terkenal. Kiat-kiat kepemimpinannya dipelajari. Salah satu yang ditemukan pada karakter kepemimpinan Mandela adalah hubungan visi dan aksi. Dikatakan, orang tidak cukup hanya dengan memiliki visi saja. Jika hanya memiliki visi, orang hanya akan jadi seorang pemimpi di siang bolong. Demikian pula orang tidak cukup hanya dengan melakukan aksi saja tanpa visi. Aksi tanpa visi hanya akan membuang waktu percuma. Nah, yang dibutuhkan seorang pemimpin untuk membuat sebuah perubahan, bahkan perubahan yang mendunia, adalah memiliki visi sekaligus aksi untuk mewujudkan visi itu. Nelson Mandela mengatakan sebagai sebuah kemampuan yang bisa "change the world". Bagaimana dengan leadership transformasional? Leadership jenis ini ditunjukkan antara lain oleh Julia Gillard, perdana menteri wanita pertama Australia. Gillard menguraikan konsep perubahan bagi Australia di masa mendatang dalam pengantar buku putih Australia. Banyak kalangan berpendapat, masa mendatang adalah miliknya Asia. Namun, Gillard meyakinkan masyarakat Australia bahwa abad-nya Asia itu merupakan "Australian opportunity" . Dia mengajak seluruh warga negara Australlia menggunakan opportunity pada abadnya Asia ini untuk dapat membawa kejayaan bagi Australia.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul ""Leadership" yang Visioner dan Transformasional", https://nasional.kompas.com/read/2017/06/24/06160031/.leadership.yang.visioner.dan.transformasional.
Penulis : Chappy Hakim

Comments

  1. Betul ka..leader adalah seseorang yang mampu memimpin dan mengarahkan anggota nya

    ReplyDelete

Post a Comment