Ranah Politik Indonesia yang coba di dominasi dari generasi muda oleh Emil Dardak di Trenggalek

        Emil Dardak dan Istri, Arumi Baschin sebagai Bupati Trenggalek


Anak muda dan politik dimana kaitan dan ketertarikannya? Akankah benar-benar bisa anak muda Indonesia? Sebutlah tahun ini adalah tahun euforia politik yang akan semakin dekat jaraknya. Jika kita lihat secara keseluruhan di mana partai-partai politik yang ada di Indonesia masih sangat di dominasi leh partai-partai elite. Di samping itu, adakah kejelasan di dalam jenjang karir di dalam politik itu? Tidak ada bukan? Sepertinya kita hanya akan berkoar- koar menyuarakan dari hal-hal yang kelihatan mata yang tidak seimbang yang kita coba untuk seimbangkan. Idealnya seperti ini, apabila banyak partai-partai yang mana nantinya akan di dominasi oleh kebanyakan anak muda. Akankah ketidakpastian itu menjadi pasti ataukah yang sebaliknya? Tentunya yang  menjadi harapan besar bagi bangsa Indonesia di dalam memberlakukan pilkada yang akan tinggal sekejap mata akan dilaksanakan ini, kita dapat membenahi hal-hal yang selalu menjadi ketidakpastian di dalam negeri kita sendiri. Jika negara Indonesia memperbolehkan partai-partai yang ada di dominasi oleh anak muda, tentunya harapan yang ada di pundak anak-anak muda sebagi tonggak bangsa ini adalah mereka akan memberikan ide-ide progresifnya. Yang mana kemudian ide-ide segar itu bukan sekedar ide yang dikoar-koarkan semata akan tetapi untuk menyegarkan iklim politik yang ada di Indonesia yang erat kaitannya dengan isu korupsi yang sampai sekarang ini belum juga dapat diberantas.
    
    lantas , jika ada yang menyampaikan hal ini bukalah akses seluas-luasnya politik , khususnya untuk generasi muda. Bukan hanya kata-kata mutiara yang coba di rangkai oleh pemuda yang dikaruniai wajah dan otak yang cemerlang. Tetapi, beliulah sekarang menjabat sebagai bupati dari kota yang dulunya dianggap sebelah mata. Akan tetapi, sekarang di tangan dingin dan kerja keras dan cerdasnya dirubah sedemikian rupa. Masihkah negara Indonesia tidak mau berusaha untuk mencontoh dari sosok pria ini dan berusaha memberikan kontribusi kepada negara kita sendiri? Emil bukan sembarang anak muda yang tidak menorehkan kepeduliannya kepada rakyatnya sendiri terutama masyrakat Trenggalek. Masyarakat Indonesia masih membutuhkan Emil-emil yang lainnya untuk dapat menginspirasi kita semuanya.

    Politik dengan anak muda zaman sekarang ini kaitannya sangat erat sekali. Politik cakupannya sangat luas adanya. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan bagi anak muda yang mempunyai passion di kancah ini untuk membuktikan keahliannya. Sekali lagi seorang anak muda yang akan coba membuktikannya kepada bumi pertiwinya dimana kancah dan serpak terjangnya pun di mata dunia sudah dibuktikannya. Jika passion sudah mendarah daging, orang tersebut juga pasti akan melakukannya dengan sepenuh hati. Siapakah anak muda yang tergabung di dalam kancah politik ini menjabat sebagai bupati trenggakek saat ini. Dan yang menjadi perhatian khusus bagi pria yang tergolong masih sangat muda ini, beliau berusaha mengangkat kota yang sama sekali tidak terdengar dengungnya. Tetapi di tangan dingin pria muda yang  bernama Emil Dardak ini dapat membuat kota Trenggalek seakan-akan “hidup” dan dilirik kembali. Begitu kepeduliannya kepada kota kelahirannya yang mana beliau mati-matian menjadikan dirinya bukan sekedar bupati kota Trenggalek yang biasa saja, akan tetapi menggerakkan masa atau masyarakat dan kebudayaan yang ada di kota kelahirannya seakan-akan mempunyai nyawa tersendiri lagi. Anak muda jangan berdiam diri dan menunggu untuk terpanggil akan tetapi tunjukkan jati diri kita dari kerja keras yang melekat dan terpatri di dalam diri kita.


     Lalu, bagaimanakah Emil yang telah mempunyai segudang ilmu seperti itu mencintai dan berkecimpung di dalam ranah politik sampai detik ini. Apakah ada kisah tersendiri di dalam dirinya sebelum dia memutuskan untuk berkecimpung di dalamnya?
Ternyata, jauh di dalam hatinya sebelum ia memutuskan untuk berkiprah di dalam ranah Politik. Beliau sudah sangat membiasakan dirinya untuk menyerap ilmu yang dia dapatkan dengan sebaik-baiknya. Di saat usianya masih menginjak 17 tahun, dia saja sudah menjadi duta world bank yang ada di dunia. Jadi dapat dikatakan bahwa Emil yang sekarang ini berkiprah di dalam ranah politik di Indonesia, bukanlah serta merta dia mendapatkannya dengan sendiri dan tanpa kerja keras. Tentunya juga ilmu yang sudah di dapatkannya sejak ia masih belia, sangat menjadi bekal untuk kiprahnya sekarang ia di bidang politik. Imu dan pendidikan sama sekali tidak dapat di dapatkan dengan sendirinya. Harus ada benih yang ditabur terlebih dahulu, di tempat yang benar dan pas. Agar nantinya ilmu itu akan mengalir dengan sendirinya kepada siapa kita akan membagikan dan memposisikan diri kita sebagaimana adanya. Meskipun yang kita ketahui terdahulu bahwa leluhur dari Emil sendiri tidak lain adalah kyai di dalam organisasi Nahdatul Ulama. Tetapi untuk membentuk Emil yang sekarang ini, adalah dirinya sendiri yang menciptakan jati dirinya. Jadi dapat dikatakan, butuh suatu kerja keras tersendiri yang harus terpatri di dalam diri kita masing-masing. Orang tua dan para pendahulu kita hanya bertugas untuk mengarahkannya. Arah dan haluannya tetap kita sendirilah yang mengatur ke mana jalannya.

     

       Emil berkata dengan lantangnya bahwasanya generasi yang ada sekarang ini adalah generasi yang sebagian besar hanya mengenal kata instan belaka. Dia pun melanjutkan di mana tendensi yang ada muncul jika dari 5% NEM ( hasil ujian) terendah. Bagaimana cara kita menyikapinya lalu apakah kita akan terpuruk dengan seketika atau tetap maju untuk mengerahkan kemampuan yang kita miliki agar nantinya kita dapat mendapatkan hasil yang lebih baik lagi atau yang sebaliknya. Itulah yang coba di sampaikan untuk memotivasi generasi muda yang ada sekarang ini? Di mana bukanlah perkara yang mudah bagi seorang Emil dari generasi muda yang saat itu seakan tiba-tiba muncul untuk meyakinkan banyak orang dan kalangan. Pertanyaan pun terus bergejolak di mana siapa sebenarnya Emil dardak ini dan akankah mampu merubah kota Trenggalek yang dipandang sebelah mata agar dapat menjadi kota yang lebih mumpuni ini? Kembali dia mencoba untuk berpikir dengan lebih jeli lagi di mana sebenarnya nilai apa yang bisa di bawa dari kota Trenggalek ini? Coba kita lebih jauh terlebih dahulu untuk mengenal kota Trenggalek ini. Dimana bila dilihat dari geogrfisnya kota ini diruntut dari kota Surabaya, Malang ataukah dari Solo pun. Kota Trenggalek terletak di posisi yang cukup dan sangat jauh yang ada. Akan tetapi, sekali lagi jika cara berpikir kita yanh baik, kita malah akan mendapatkan jalan keluar yang baik juga adanya. Tantangan tentunya pun mengatakan di depan Emil yang masih muda ini, kalau berpikir tidak perlu yang muluk-muluk dan berlebihan yang ada. Berpikir yang praktis, sederhana dan simple saja adanya. Jika berpikir sesuatu yang berlebihan nantinya hasilnya juga tidak akan seimbang. Emil pun meresponi dengan apa adanya dan tidak berusaha untuk melawan. Akan tetapi, justru menjadikan itu sebuah cambukan dan motivasi positif di dalam dirinya. Lalu, bagaimana nasib Trenggalek di tangan seorang Emil ini ke depan nantinya. Jika, dilihat dari posisi geografisnya sekali lagi? Akankah emil akan berusaha untuk merubah ke arah yang lebih baik ataukah yang sebaliknya?

       Emil dan kota Trenggalek yang dipimpinnya? Akan menjadi seperti apa kota tersebut? Geografis dan letak sesungguhnya kota ini? Siapa yang akan menyananya akan menjadi kota yang pantas untuk dijadikan kota wisata yang tidak pernah dipikirkan sebelumnya. Jadi, Emil sekali lagi meyakinkan kepada generasi muda untuk tidak berpikir yang begitu-begitu saja. Jika, kita bisa mengusahakan dengan ide cemerlang lainnya yang ada di dalam otak kita. Geografis dari kota Trenggalek ini bila dilihat dari poros maritim yaitu berada di daerah pesisir selatan. Tetapi dengan pemikiran dan ilmu yang di dapat selama ini dari seorang Emil Dardak jika melihat sebuah kota yang perlu dipersiapkan ada 2 hal penting. Di mana dua hal penting itu adalah : mau tidak mau yabg terutama adalah kita susun terlebih dahulu infrastrukturnya. Itu hal yang terutama yang sama sekali tidak bisa di indahkan. Setelah kita membangun infrastrukturnya di dalam infratruktur kota yang mumpuni, harus pula disediakan armadanya yang dipersenjatainya. Bila tidak ada armadanya, maka yang ada kita secara tidak langsung tidak dipersenjatai dengan baik. Itulah pemikiran dari anak muda yang dengan ilmu nya yang diperolehnya setelah sekian waktu, dia pergunakan dan kerahkan untuk menjadi Bupati yang baik sebagaimana adanya. Yang mana tujuannya tentunya untuk masyarakat dari kota Trenggalek itu sendiri. Sebagaimana yang kita coba lihat lagi dengan teliti di mana kota Trenggalek yang berada di pesisir selatan ( di antara Ngawi, Pacitan dan Wonogiri). Bisa jadi di mana belum tentu ada orang yang pernah mendengar kota ini mungkin. Tetapi dari pemikiran cerdas yang dicanangkan oleh Bupati yang usianya masih tergolong muda ini berusaha membuat kelemahan yang ada malah di balik sedemikian rupa menjadi keuntungan atau dengan kata lainnya menjadikan perkembangan ekonomi yang lebih baik lagi. Semoga tentunya ke depannya ide dan hal yang sudah dilakukan oleh emil ini semakin baik lagi dan dapat kita ambil hikmahnya.


        Anak muda dan politik yang sedang di jiwainya begitulah kata-kata yang sekiranya cocok yang ada di dalam dirinya. Pemuda yang satu ini sama sekali tidak pernah mengenal dengan kata patah arang sebelum melakukan sampai ke titik darah penghabisan. Masing-masing dari kita pasti dikaruniai kelemahan dan kekurangan. Tetapi bagaimana caranya kita mengantisipasi kedua aspek tersebut menjadi sesuatu yang berkesinambungan. Justru kelemahan yang kita miliki akan dapat kita jadikan menjadi keuntungan kalau kita bisa menyikapinya dengan luar biasa. Bagaimana bisa? Kalau dari sisi orang yang selalu berpikiran negatif yang ada di dalam otaknya, yang ada dia akan selalu memposisikan segala jenis kegagalan atau negatif yang ada tidak akan ada jalan keluarnya. Akan tetapi di tangan dingin seorang yang berjiwa mental baja, dia akan melakukan sekuat tenaga negatif dan kelemahan justru akan diputar balikkan sedemikian rupa. Itulah yang disebut sebagai seorang yang berpikir kreatif juga tidak mengenal kata gagal sebelum mencoba semaksimal mungkin. Dunia ini sudah diciptakan sedemikian rupa oleh penciptanya, hanya bagaimana dari kita semua yang merubah perspektif tersebut menjadi keadaan yang dinamis. Contoh yang sangat konkret saja dari sejak kepemimpinan Emil Dardak, bagaimana kota Trenggalek dapat dirubah sedemikian rupa yang menjadi tidak ada apa-apanya menjadi apa-apanya. Alangkah luar biasanya bukan? Mari kita berpikir untuk tidak terpuruk terlebih dahulu, akan tetapi melihat sisi positif apa yang tersembunyi di balik sisi negatif yang ada.


     Lalu, apa yang kita bisa dapatkan dari pembelajaran yang coba dipaparkan oleh sosok Emil Dardak ini yang berada di ranah generasi muda ini? Masihkah kita belum bergerak maju, paling tidak untuk diri kita sendiri yang masih perlu kita benahi ini? Emil memjabarkannya lagi lebih detail di mana kota Trenggalek yang ada sekarang ini berbeda jauh sebelum yang ia pimpin. Di mana tentunya ia sudah berdiskusi dengan 7 kepala daerah yang ada agar program yang ingin ia canangkan dapat terwujud dengan baik tentunya. Persoalan seseorang dapat maju tentunya bukan hanya soal untung dan rugi yang ada, akan tetapi sekali lagi akan bersifat kemana ia harus dapat dengan baik untuk menempatkan dirinya. Posisi yang baik dan strategis pun tentunya akan mempengaruhi kota tersebut dapat berkembang atau tidaknya. Tetapi jika kita dapat berpikir dengan dinamis dan kreatif sekali lagi, kita dapat mengarahkan letak strategis itu jika kita lihat dari segala arah yang ada. Itu baru bisa kita namakan ke-kreatifan kita akan diuji. Jangan mengunci letak posisi yang ada di dalam diri kita sendiri. Yang ada kita akan termakan olehnya sendiri. Mari kita “challenge” lebih lagi dan harus mau untuk diasah tentunya cara kerja dari otak yang ada di dalamnya. Berbicara letak strategis lagi-lagi akan banyak dihabiskkan oleh Emil sendiri bagaimana caranya merubah dari letak Trenggalek ini agar setidaknya dilirik dan dinikmati oleh warga Indonesia sendirinya. Bagaimana bisa di namakan strategis yang ada, apabila Trenggalek itu mempunyai posisi yang berada setelah kota Cilacap lalu Pangandaran sampai ke Banyuwangi dan terakhir berlabuhlah kota Trenggalek ini. Sedikit persentase nya yang ada dari  kita semuanya bila ditanya tentang kota ini? Tetapi sekali lagi dengan kerja cerdas yang dimilikinya, Trenggalek dirubah sedemikian rupa. Mari, kita tengok dan pelajari di dalam keseharian kita sehingga kita bisa menghasilkan hasil kerja yang maksimal juga tentunya.

     Bila kita ingin lebih banyak belajar lagi dari generasi muda dari cara kerja cerdasnya. Emil membeberkan beberapa tips yang dapat kita lakukan di dalam keseharian kita untuk bekerja. Seperti ini kira- kira tips yang disampaikan oleh Emil: pikiran yang kita punyai janganlah mentok yang ada. Berpikirlah lebih baik lagi dari keseharian kita. Selalu berpikir yang baru yang ada, jangan memberikan hal atau pembelajaran yang itu-itu saja yang ada. Karena di dalam pembelajaran yang baru yang kita dapat, di situlah ide kreatifitas kita akan muncul dengan sendirinya. Jika diberikan tugas atau mandat pekerjaan yang baru, berusahalah melakukan pekerjaan itu dengan segenap hati. Niscaya kita akan mendapatkan hasil kerja yang maksimal juga tentunya. Dari kerja yang di berikan Emil ini di dalam masa kerjanya di kota Trenggalek ini, terlihat sangat nyata yang ada. Mengapa bisa demikian? Bila sebelumnya di awal masa kerjanya sebagai Bupati Trenggalek ataukah sebelum dia mencoba mencalonkan dirinya sebagai bupati Trenggalek mungkin. Dia dengan usia yang dianggap belum bisa berperan serta sebagai bupati dan di sampaikan nya terdahulu jika berpikir janganlah muluk-muluk. Atau dengan kata lainnnya yang biasa-biasa saja asal dapat memajukan kota yang sedang menjadi tanggung jawabnya. Tetapi yang ada di kepala Emil muda saat itu tentulah bukan seperti itu. Jika kita sedang diberikan mandat yang besar apalagi terhadap suatu kota, kita akan berusaha sekuat mungkin untuk melakukan yang terbaik untuk kebaikan dan kemajuan kota itu tentunya bukan. Jangan bekerja yang asal-asal an saja untuk segala sesuatu, karena akan tidak akan menghasilkan hasil yang maksimal juga adanya. Akan tetapi jika kita melakukannya dengan sepenuh hati dan tidak mengenal kata lelah. Niscaya, hasil tidak akan pernah membohongi hasil kerja dan peluh yang kita hasilkan.

    Cara kerja yang selanjutnya yang ingin disampaikan oleh Emil muda ini kira-kira sebagi berikut: paradigma yang kita miliki harus yang berbeda. Jika kita persepsikan adalah kurang lebih seperti berikut. Jika kita sedang mengalami suatu masalah yang ada di depan mata kita. Kita akan mellihatnya seperti apa? Apakah kita akan melihatnya dari sisi utara,m sisi barat, sisi selatan atau sisi timur? Semua sisi pasti akan memberikan hasil yang berbeda terhadap cara kerja kita tersendiri. Oleh karenanya, bekerjalah dengan maksimal dan se efektif dan se efisien mungkin. Itulah yang kira-kira ingin disampaikan oleh orang yang berada di ranah politik dari generasi muda. Jangan sepelekan generasi muda yang sedang bertugas sekarang ini. Karena dampaknya akan sangat besar tentunya. Emil sudah berhasil membuktikannya, tinggal kjta sendiri yang  mau mengambil langkah berikutnya ataukah ya sudah kemballi berdiam diri. Keputusan akan berada di tangan kita sepenuhnya.

     Pembuktian berikutnya yang sudah dihasilkan dari kerja keras Emil sendiri adalah dengan merubah pantai perigi yang ada di kota Trenggalek ini. Dulunya bisa dikatakan pantai ini sama sekali tidak bisa memberikan nilai tersendiri bagi wisatawan yang ada di kota ini tersendiri. Akan tetapi setelah coba di rubah paradigmanya oleh seorang Emil yang ada sekarang keadaan berbanding terbalik dengan sendirinya. Contoh kasus yang saya pelajari secara langsung dari pemuda yang bukan hanya tampan sebagi bonusnya akan tetapi otak encernya yang ia coba sampaikan terus menerus tentunya. Pantai perigi yang sekarang ini dijadikan sebagai landmark dengan sisi yang bisa dinikmati dari segala sudut yang ada 360 derajat. Sangat sederhana, akan tetapi dampaknya sangat terasa pastinya. Bukan hanya itu saja yang ada, akan tetapi di taman inilah komunitas yang ada selalu berdatangan dari segala macam aspek. Dan di sana tentunya mereka dapat bertukar pikiran satu dengan yang lain. Tambahannya lagi dengan dibantu oleh seorang maestro yaitu Guruh Soekarno Putra, taman perigi menambah nilai seninya tersendiri. Di mana konsep yang dibangun di sini adalah perpaduan antara kontemporer dan etnik. Di taman Perigi inilah yang menjadikan nilai tersendiri di mana berkumpulnya 13 kawasan selatan Jatim berkumpul menjadi satu. Inilah yang terjadi jika generasi muda yang menggerakkan dari cara berpikirnya yang lain dari yang biasanya.

      Jika sebelumnya dijelaskan sedikit tentang kita jangan berpangku akan kelemahan yang kita miliki. Emil di sini sekali lagi berusaha untuk menuangkan idenya untuk disalurkan kepada generasi muda yang ada. Dipaparkannya sudah seharusnya anak muda berpikir secara kritis bukan sebaliknya mengkritiki keadaan yang di depan mata yang tidak sesuai dengan situasinya atau berusaha menyalahkan keadaan terus menerus. Bisakah kita berpikir kritis akan apa pun yang terjadi yang kita alami di keseharian kita. Jangan terlalu menggantungkan pada kemudahan teknologi di dalam genggaman kita sebagai contohnya. Bisakah kita hidup di dalam keseimbangan yang ada. Jika kita berada di dalam situasi kayalak ramai, sewajarnya kita mencocokkan dan membaurkan diri kita di dalam kelompok tersebut. Bukan yang sebaliknya terjadi kita malah tenggelam di dalam dunia kita sendiri. Di manakah kita berpijak sekarang ini sebenarnya? Mari kita berpikir kritis yang sewajarnya dan menempatkan posisi di dalam keadaan di mana kita berada. Hal yang kedua yang dipaparkan oleh bupati muda Trenggalek ini yaitu tentang team work. Di dalam pekerjaan yang sedang kita kerjakan sekarang ini, bisakah kita mengindahkan dengan yang namanya team work di dalam pekerjaan keseharian kita? Bilapun kita tidak bekerja secara kelompok, paling tidak kita manusia adalah makhluk sosial adanya. Tentunya kita di dalam keseharian kita masih membutuhkan satu dengan yang lainnya. Karenanya dalam berkomunikasi satu dengan yang lainnya marilah kita tetap bangun hubungan yang harmonis dan berkesinambungan. Sekali lagi bagaimana cara kita menempatkan posisi kita dengan teman sejawat kita di pekerjaan sekuler kita, dengan teman-teman di dalam komunitas juga. Di dalam pergaulan kelompok rohani kita, bagaimana kita berkomunikasi layaknya teman sejawat dan orang-orang yang lebih tua usianya sebagai contohnya. Itu pun semua tentunya ada tata kramanya tersendiri. Pembelajarannya tidak akan lepas dari didikan yang sudah kita dapatkan selama ini dari orang tua kita. Itu semua yang selayaknya kita aplikasikan di dalam kehidupan kita di masyarakat dan pergaulan kita. Inilah beberapa pembelajaran yang coba disampaikan sekali lagi oleh emil mewakili generasi muda dari ranah Politik. Pertanyaannya sudah kita mendapatkan sesuatu yang dapat kita aplikasikan untuk keseharian kita paling tidak. Jika memang belum, apa yang harus kita lakukan dan koreksi yang kurang baik kitalah sendiri yang paling mengerti jawaban dan solusi terbaiknya.

     Hal yang terakhir yang coba di paparkan kesekian kalinya oleh Emil yaitu ada 3 hal yang cukup mendasar. Di mana kedisiplinan kita di dalam keseharian dan ethos kerja itu sejauh  manakah sekarang ini? Apakah kita di dalam taraf itu-itu saja atau jalan di tempat. Ataukah ya berjalan seimbang akan tetapi juga tidak terlalu signifikan dampaknya bagi pekerjaan dan karier yang sedang kita kerjakan sekarang ini. Ataukah yang paling menonjol jawabannya adalah kita sudah berusaha yang semaksimal mungkin dan hasilnya juga seimbang yaitu memuaskan. Kembali lagi kitalah sendiri yang paling mengerti jawaban klasik yang sudah dapat di tebak ke mana arahnya. Emil dapat kita padu padankan adalah anak muda yang klasik yang sangat visioner tentunya mengarahkan pandangan dan tujuan serta visi dan misinya jauh ke depan. Karenanya dia menantang kita semua sudah siapkah akan perubahan yang akan kita buat untuk diri kita sendiri? Jika sudah siap? Kapan kita akan segera memulai dan mengeksekusinya? Emil di akhir kata berusaha untuk menekankan apa yang menjadi pemikirannya bahwa jangan tuntut tanggung jawab yang seharusnya kita emban akan tetapi lakukan saja apa yang menjadi tanggung jawab kita niscaya kerja keras sekali lagi tidak akan membohonginya. Semoga harapan Emil bagi generasi muda tak lain dan tak bukan kita sudah sepatutnya bergerak dan bersiap akan perubahan untuk diri kita sendiri.

Comments