Jual diri hanya untuk menghidupi tiga adik dan ibunya.


       

   
  Berita tentang kasus prostitusi seakan tidak ada habis-habisnya. Malah kalau kita tidak peka bisa makin merajalela. Kali ini kisahnya terjadi dikota Balikpapan. Berita ini di sampaikan di Koran Jawa Pos dan menjadi viral dan menarik minat penulis tentunya. kasus yang menjadi perhatian serius oleh aparat kepolisian korban yang menjadi pekerja seks ini sekali lagi karena faktor ekonomi. Hanya karena mungkin sang korban ingin berpesolek layaknya gadis-gadis lainnya. Sekali lagi faktor ekonomilah yang menjadi pemicu agar mereka bisa cepat mendapatkan uang dalam sejumlah besar. Tidakkah mereka berpikir dengan akal sehat mereka agar tidak terjerumus ke dalam dekapan sesaat hasrat seksual pria berhidung belang. Kita ini sebagai wanita harus nya bisa membedakan hal-hal yang tidak patut kita lakukan dan patut. Adakah kita diajarkan di tempat kita mengenyam pendidikan bila kita tidak mengenal orang yang kita kenalpun jangan kita hiraukan sedikitpun. Apalagi hal yang semacam ini yang mana yang sama sekali melangar hak asusila diri kita sendiri. Kita ini mau diam apa lengah begitu saja melegalkan hal ini hanya untuk masalah ekonomi sesaatkah? Kalau itu yang kita maui jangan salahkan diri kita sendiri. Mengacalah pada diri kita sendiri sehingga kita yang menanggung hal yang kita lakukan. Apa akibatnya? Apa dampaknya bagi dir kita sendiri? Jawabannya ada di dalam pikiran diri kita sendiri.

     Lebih lanjut tentang hal prostitusi yang di berlokasi di Kalimantan timur ini sangat menarik banyak perhatian umum. Dimana sebut saja panggilannya mami yang masih berumur belia yaitu 22 tahun. Bagaimana tidak mempunyai otak yang sehat ; sebagai mami dia mempunyai dua anak korban di bawah umur yang dia jajakan. Korbannya itu sendiri dengan lantang dan seakan tanpa sungkan minta dicarikan “pelanggan” untuk dirinya sendiri. Awalnya sang penulis kurang paham akan maksudnya dicarikan pelanggan dalam tanda kutip itu. Tetapi setelah beberapa saat berpikir dan menyambungkannya dengan judul tulisan yang dibuatnya sendiri. Akhirnya sang penulis baru mengerti maksudnya. Hal ini sudah termasuk pelanggaran remaja yang berakhir di pidana. Di mana anak di bawah usia yang awalnya boleh dikatan iseng saja tetapi akhirnya keterusan. Karena menuruti dari ajakan temannya untuk mencarikannya pelanngan yang dia temui di sosial media dan di karenakan harus cepat mencari uang. Bagaimana moral dan mental bangsa Indonesia kita ini nantinya akan sangat memprihatinkan pastinya. apakah tidak adakah pekerjaan yang lebih sesuai untuk mereka ini? Apakah pihak sekolah dan orang tua  mereka tidak memperhatikan gerak gerik mereka yang mencurigakan? Umur-umur segitulah umur yang cukup labil karenanya harus sering dijaga anak kita masing-masing. Bagaimana pergaulan mereka apakah mereka berteman dengan teman-teman yang baik dan lain sebagainya. Sudah semestinya  pihak sekolah mereka bersekolah lebih waspada dan bnerhati-hati akan hal ini. Agar tidak korban yang berjatuhan tidak bertambah banyak lagi. Akankah kita hanya diam berpangku tangan ataukah kita ikut melegalkan hanya karena sikap kita yang tidak punya pilihan apa pun juga.

  Keisengan yang berdampak buruk bagi lingkungan kita sendiri. Zaman sekarang tindakan asusila sudah merambah tak terhitung jumlahnya lewat online. Apakah kecanggihan teknologi akan merusak asusila kita sendiri? Layaknya mucikari yang menawarkan jasanya lewat online. Mami memang awalnya hanya mempunyai dua korban yang ingin dicarikan pelanggan. Tetapi dari awal keisengan it umami sepertinya tertarik untuk meneruskan dan berdampak ketagihan tentunya. dampak lainnya adalah uang yang ada di kantongnya semakin menebal yang mana dapat ia pakai untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari di mall. Selanjutnya setelah ketahuan tindakannya yang melanggar hukum ini kepada penyidik mami mengaku sampai saat ini baru menjual dua orang korban. Salah satunya siswi kelas 2 SMK yang berusia 16 tahun dan satunya lagi berusis 15 tahun yang putus sekolah. Mami mengenal mereka dari temannya yang berada di tempat hiburan malam. Sekali lagi awalnya hanya iseng semata untuk mencarikan pria yang butuh hasrat seksusal sesaat. Tetapi selidik lewat selidik penyidik tidak percaya begitu saja akan pengakuan yang disampaikan oleh mami. Karena saat pengembangan dilakukan dan ditelusuri ada dugaan ada ABG lainnya yang pernah ia tawarkan kepada pria yang lain.

      Singkatnya lagi polisi juga memburu siapa yang menikmati anak di bawah umur itu. Karena meskipun belum terjadi hubungan seksual akan tetapi pria yang sudah berhubungan dengan mereka itu akan kena Undang-undang Perlindungan anak karena sudah menyetubuhinya. Akhirnya terungkap juga dari penuturan perempuan berambut sepunggung ini dimana ia menawarkannya melalui media sosial yang ia miliki. Katakanlah wechat; blackberry messanger. Sebelumnya ia hanya kenal saja akan tetapi setelah itu baru iseng untuk menawarkannya. Selanjutnya info yang diberikan oleh mami yaitu dan dari mulut ke mulut tentunya yang sudah pernah menggunakan jasa dari mami; pelanggannya sebelum memesan dikirim beberapa foto dari perempuan yang akan digaulinya. Setelah terjadinya penawaran dan kesepakatan harga mami pun mengontak perempuan yang diinginkan oleh pelanggan. Mami pun sangat niat karena dia mengantar perempuan itu sampai ke sebuah hotel yang sudah dipesan oleh “tamu-tamunya”. Uang yang disepakati sejumlah dua juta delapan ratus ribu rupiah dijadikan sebagai barang bukti untuk tamunya yang masih berusia di bawah umur. Polisi pun juga menyita barang bukti yaitu sebuah handphone. Dimana dari handphone tersebut terekam percakapan praktik prostitusi. Jasa tersebut diberikan untuk layanan short time dan sisanya setelah selesaikebutuhan seksual dari pelanggan-pelanggan pria akan dibayarkan lagi. Alangkah tidak berasusila nya mami untuk “menjual diri” dari teman-temannya sendiri hanya karena alasan untuk menghidupi ketiga adik dan ibunya. Apakah mami masih memiliki pikiran yang sehat dan memikirkan perasaan dari teman-temannya sendiri. Apakah kita akan diam saja dan menghalalkan untuk hal-hal prostitusi ini akan semakin merajela ataukah kita ikut menghalalkannya. Di mana dampaknya tentunya akan tidak baik bagi moral korban yang melakukan praktik ini. Mari kita terus ikut berperan yang dapat kita lakukan agar tidak semakin banyak korban-korban yang berjatuhan lagi demi memperbaiki keadaan ekonomi mereka rela untuk mejual harga diri mereka? 

Comments

  1. Mengupas dengan tulisan yang bernas.mantap 👍

    ReplyDelete
  2. Problem klasik yg tdk pernah tersolving bagi negara berkembang. Kunci ny hanya meningkatkan edukasi n norma yg di kuatkan.

    ReplyDelete

Post a Comment