Generasi sandwich - generasi di mana kita harus berpikir lebih ke depannya.
Saat ini banyak orang yang bekerja tak hanya untuk mencukupi kebutuhan dirinya, namun juga anak dan keluarga serta orang tuanya. Kelompok ini dinamakan generasi sandwich. Generasi millenial sepertinya akan digantikan dengan generasi sandwich, bersiap-siaplah kita semuanya dari generasi millenial untuk bersiap-siap untuk lepas landas untuk segera meninggalkan comfort zone kita masing-masing. Tidak perlu pusing terlalu lama lagi untuk menjadi generasi millenial terlalu lama. Kita tidak hanya sekedar bekerja untuk diri kita dan keluarga kita, tetapi mau tidak mau karena keadaan tertentu income yang kita pikirkan saat ini akan harus yang seperti apa untuk bisa memenuhi kebutuhan yang akan semakin besar biayanya. Bukan hanya kita bekerja untuk memenuhi kebutuhan dari suami dan anak-anak kita sendiri. Akan tetapi kita lebih rela untuk tidak bekerja di rumah sebagai karyawan biasa akan tetapi memilih untuk kerja yang bukan sebagai karyawan agar waktu kita bisa lebih banyak dengan anak-anak kita sendiri. Yang lainnya lagi adalah kita kerja sebagai tulang punggung bagi keluarga kita masing-masing. Bagaimana tidak rentan di dalam pekerjaan yang kita kerjakan sekarang ini karena tekanan yang semakin besar karena kita di haruskan bekerja 2 sampai 3 kali dari yang biasanya. Yang ada nantinya kita tidak akan bisa kerja dengan maksimal dan malah terkena tekanan yang melanda ke psikologi kita sendiri.
Boleh di katakan bahwa generasi sandwich saat ini yang membuat diri mereka tidak akan nyaman di dalam pekerjaan mereka tersendiri. Seorang pakar di amerika serikat bernama Dorothy mengatakan bahwa generasi ini di katakan sebagai generasi orang dewasa. kita coba lihat lebih jauh generasi yang semestinya tidak mereka harus tanggung ini haruslah mereka tanggung di pekerjaan mereka saat ini. Mereka seperti double di dalam pekerjaan mereka karena mereka yang menyokong hidup orang tua sekaligus anak-anak mereka sendiri. Bagaimana tidak tekanan psikologis terus menghantui mereka sendiri , mereka harus menyiapkan masa depan dari diri mereka dan masa tua mereka sendiri. Yang menjadi perhatian khusus di sini adalah bukan hanya masalah finansial yang mereka persiapkan akan tetapi masalah kehidupan kesehatan yang juga menjadi perhatian umum yang harus mereka persiapkan di kemudian hari. Hal lebih lanjut tentang masalah psikologis psikolog menyampaikan bahwa hal ini ke depannya bisa jadi menyebabkan terganggunya kehidupan rumah tangga dan pergaulan pribadi mereka sendiri yang masih harus bekerja esktra keras. Bagaimanapun generasi ini bisa di katakan kurang sehat kalau harus di lakukan terus menerus dan berkesinambungan. Kita harus mempunyai solusi tersendiri meskipun generasi sandwich itu harus berjalan, mereka menjalankan fungsi mereka dengan baik juga di dalam keluarga mereka. Semoga ada pemecahan tersendiri di dalam generasi sandwich ini.
Kondisi spesifik mendesak dan terjepit ini jika di analogikan layaknya bentuk sandwich yang kita lihat sehari-harinya di restoran cepat saji favorit kita masing-masing. Harapannya tentunya kita ingin meski di dalam keadaan terjepit ini kita masih bisa melakukan fungsi kita sebagaimana baiknya. Hal yang lain yang baik kita lakukan juga di generasi sandwich ini adalah kita bisa berbagi dengan sesama teman yang berada di generasi ini juga. Fungsinya adalah kita bisa saling berbagi beban yang di pikul supaya dapat di komunikasikan dengan baik dari sharing-sharing kita ke depannya. Komunikasi ke orang tua juga penting tentunya kepada orang tua kita, dalam artian bantuan dari segi keuangan yang bisa di berikan kepada mereka. Karena mau tidak mau faktor ekonomi yang menjadi faktor yang paling besar penentunya bagi generasi sandwich ini sendiri. Tidak bisa di pungkiri lagi bahwa masalah keuangan dan terhimpitnya keuangan menjadi kebutuhan tersendiri bagi rumah tangga untuk menanggung kebutuhan orang tua mereka.
Jangan berkecil hati terlebih dahulu kalau kita berada di generasi sandwich saat ini. Yang perlu kita coba pikirkan adalah kita coba pahami satu persatu manusia di dalam bekerja tentuya punya keterbatasan tertentu. Membantu orang tua pahalanya tentunya besar dan kewajiban seorang anak, tetapi penting bagi sang anak untuk bisa mengkomunikasikan bantuan seperti apa yang bisa di berikan kepada orang tua sebatas anak yang memiliki kebutuhan mereka masing-masing. Hal itu yang sepertinya penting untuk di komunikasikan bagi ke dua belah anak dan orang tua. Lalu apa lagi yang menjadi beban tersendiri bagi generasi sandwich ini ke depannya. Tentunya mereka akan merubah hal cara mereka di dalam mendapatkan penghasilan mereka salah satunya dengan menambah penghasilan tambahan supaya beban yang di embannya bisa sedikit terbagi. Saya akan coba sampaikan lebih lanjut lagi cara yang satu ini.
Salah satu yang ingin saya coba sampaikan di sini mau tidak mau generasi sandwich harus mau melakukan langkah dramatis yang tujuannya untuk menata ulang keuangan mereka sendiri. Dengan menata sedikit banyak dari keungan kita sendiri, yang mana kalau kita merasa arus kas atau cash flow kehidupan rumah tangga mereka sendiri atau orang tua tidak dapat mereka tangani lagi. Kalau cash flow rumah tangga kita masing-masing masih belum bisa tertata dengan baik bagaimana kita ke depannya bisa untuk melakukan pembenahan? Memang tidak mudah bagi kita agar kita sebagai generasi sandwich tidak merasa terkungkung dengan pekerjaan yang di lakukannya sampai dengan sekarang. Kalau kita tidak melakukan perubahan untuk arus kas kita, bisa jadi kita tidak dapat melakukan pekerjaan dengan baik. Beban yang kita rasakan ke depannya terus menerus yang ada. Kalau ada saran lainnya dari pakar atau perencanaan keuangan tidak menjadi masalah bagi kita untuk mencoba melakukannya. Mari kita coba buka pikiran kita agar ke depannya lebih enak dan baik lagi di dalam pekerjaan yang sedang kita geluti. Tentunya kita tidak ingin keadaan ini terus menerus menghimpit keadaan pekerjaan kita sehari-harinya bukan? Mungkin kita bisa tanya pendapat dari perencana keuangan yang ada? Siapa tau mereka bisa memberikan pendapat dan saran untuk generasi sandwich ini?
Kalau dari kaca mata seorang pakar perencaan keuangan ada beberapa cara yang dapat kita lakukan terhadap generasi sandwich untuk menata kembali keuangan kita masing-masing. Coba kita telaah satu persatu apa yang bisa kita lakukan di dalam menata keuangan kita. Hal yang pertama dapat kita lakukan adalah dengan berusaha mencatat kembali baik pengeluaran keluarga sendiri dan kebutuhan untuk orang tua. Tentunya catatan pengeluaran di perlukan untuk selanjutnya di bandingkan dengan sumber-sumber pendapatan dan penghasilan dari generasi sandwich. Catatannya di sini adalah jika pengeluaran yang kita hasilkan lebih besar di bandingkan dengan pendapatan, selanjutnya yang harus kita lakukan adalah kita harus berputar otak kita sendiri dengan tujuan kita men-compare dari sumber-sumber pendapatan dan penghasilan dari generasi sandwich. Apabila pengeluaran kita lebih besar di bandingkan dengan pendapatan kita sendiri, selanjutnya kita mau tidak mau tidak bisa hanya berdiam diri saja di satu tempat. Akan tetapi, kita harus bisa sedapat mungkin untuk mencari penghasilan tambahan yang sesuai dengan kemampuan dan kesanggupan kita. Pendapatan tambahan di sini yang di maksud adalah dari yang statusnya single income dengan kita mengusahakan pendapatan kita menjadi double. Yang tadinya hanya pihak suami saja yang "membanting tulang" sekarang dengan di sokong istri yang mulai berpenghasilan sebisa mungkin, arus kas keluarga mereka dapat mulai berjalan dengan baik. Itu adalah salah satu saran yang di sampaikan oleh pakar perencanaan keuangan demi arus kas keluarga dapat berjalan dengan baik.
Langkah lain lagi di dalam menata keuangan arus kas keluarga mereka supaya lebih lagi salah satunya yang di sarankan adalah dengan mengakali untuk dapat tinggal bersama dengan orang tua. Bila di kaji ulang langkah ini bisa jadi di rasa kemunduran langkah oleh generasi sandwich yang sudah berkeluarga dan ingin hidup lebih mandiri lagi. Akan tetapi, saran dari pakar keuangan sepertinya cukup beralasan, dengan tinggal bersama dengan orang tua untuk sementara waktu , pengeluaran dua rumah tangga tentunya bisa di tekan menjadi pengeluaran satu rumah tangga saja. Alasan ini agaknya dapat beralasan dan di mengerti bagi kita. Di mana kalau kita berusaha sebaik mungkin untuk menekan pengeluaran kita untuk sementara waktu, artiannya kita juga bisa menekan pengeluaran untuk keluarga kita sendiri. Bukankah langkah awal yang cukup baik dan dapat untuk kerjakan lebih baik lagi agar generasi sandwich dapat lebih baik lagi di dalam menata kembali keuangan keluarga mereka sendiri. Selamat mencoba generasi sandwich yang cerdas nan kreatif semoga semoga langkah ini dapat membuahkan hasil yang baik ke depannya. Kalau kita coba bandingkan dengan generasi yang lebih fenomenal dari pada generasi sandwich yaitu generasi milenial yang bisa kita hanya akan geleng-geleng kepala di buatnya. Apa yang mereka makan, minum dan pakai sepertinya sama sekali mereka tidak pertimbangkan sama sekali. Ini yang menjadi bahan perbincangan yang harus di pertimbangkan lebih lagi bahwa kita belajar dari generasi sebelumnya untuk lebih disiplin di dalam pengeluaran kita masing-masing. Disiplin yang seperti apa lalu yang seharusnya kita terapkan? Tricks disiplin ini mungkin bisa kita coba untuk terapkan.
Tips yang sebelumnya coba di sampaikan kalau kita di sarankan untuk tinggal dulu serumah dengan orang tua kita. Nah ini bisa jadi tips "aset" yang jangan di anggurkan begitu saja. Rumah hunian yang tidak kita tempati ini bisa untuk di sewakan tentunya sehingga menjadi aset yang dapat menghasilkan finansial yang tidak nganggur begitu saja. Aset produktif ini akan menjadi pedapatan tambahan yang fungsinya agar cash flow rumah tangga generasi sandwich tidak terganggu oleh beban orang tua yang harus mereka pikirkan. Langkah cerdas dari generasi sandwich ini harus bisa mau tidak mau kita menjadikan diri kita disiplin di dalam membuat prioritas pengeluaran. Langkah cerdas finansial berikutnya adalah kita berusaha untuk membuat skala prioritas keuangan. Kita mau tidak mau harus disiplin di dalam prioritas pengeluaran kita masing-masing. yang mana artiannya adalah pengeluaran yang kita pakai sehari-harinya hanya yang sifatnya prioritas saja pangan dan papan. Sedangkan yang sifatnya tersier kita singkirkan terlebih dulu untuk tidak kita pakai sementara waktu. Disiplin juga antara kebutuhan dan keinginan yang mana kita harus strict atau tegas. Kita " irit atau puasa " dulu untuk hal-hal yang dapat kita tahan sementara waktu. Semoga hal ini dapat kita coba lakukan dulu untuk disiplin diri kita masing-masing. Jika kita melakukan hal ini niscaya hasilnya akan terlihat dan berpengaruh di dalam arus keuangan kita masing-masing.
Kita yang berada di dalam rantai generasi sandwich ini tentunya jika ditanya ingin memutuskan rantai mereka sendiri. Karena mereka bagaimanapun tidak dapat bekerja dengan baik dan nyamana. Keringat yang mereka hasilkan harus di bagi-bagi juga untuk kehidupan orang tua mereka. Sebagai generasi sandwich yang mau berkembang tentunya mereka juga harus mau belajar tentang cara mengembangkan finansial mereka. Sampai dengan sejauh ini untuk masalah proteksi bagi masyarakat Indonesia mereka masih sangat minim untuk tujuan ke dalamnya. Bagi kebanyakan dari mereka, mereka mengesampingkan urusan "memprotesksi diri mereka" sendiri karena hal ini mereka merasa belum perlu dan belum ada dana ke situ. Itulah uniknya proteksi ini sendiri, barang yang di beli saat benar-benar tidak di butuhkan. Kalau sudah urgent malah barang ini sama sekali dengan sebanyak apapun jumlah uang kita, kita sudah tidak akan bisa membelinya lagi. Dalam pemikiran orang yang sangat mempunyai uang banyak pun di saat coba di tawarkan barang ini juga sama, uang saya ini tidak terhitung dan tidak berseri ya percuma jika saya ditawarkan produk ini maaf ya. Tentu saja yang menawarkan berkehendak baik untuk menawarkan perlindungan yang baik kepada siapapun juga termasuk bapak yang satu ini yang berstatus milyuner ini. Akan tetapi ketika resiko itu benar-benar menghampiri bapak milyuner ini, si bapak ini baru tersadar dan mencoba mengontak bapak yang menyampaikan berita baik tentang perlindungan ini. Nasi sudah menjadi bubur yang ada kita sudah tidak bisa mengembalikkan telapak tangan kita semudah itu untuk keadaan urgent yang sedang kita hadapi. Jangan sampai kita lalai dalam mengutamakan kepentingan di dalam keluarga kita sendiri tentang pentingnya "Proteksi" di dalam keluarga kita. Nah, sudahkah masing-masing dari keluarga kita yang memilikinya kalau ngitu coba check dan re-check.
Comments
Post a Comment