Seperti apakah sosok guru yang dapat di gugu dan ditiru?
Sosok guru yang mengayomi murid-muridnya
Apa yang terbersit di dalam pikiran kita
ketika kita membaca judul di atas? Tentunya sedikit banyak menginspirasi kita
semuanya atas kejadian yang kurang mengenakkan yang menimpa guru-guru kita. Terutama
apabila guru tersebut yang seharusnya menjadi panutan kepada anak didiknya. Akan
tetapi yang terjadi malah sebaliknya. Betapa nahasnya yang seharusnya kejadian
tersebut. Kita ambil contoh nyata yang baru saja terjadi di mana ada kasus pada
seorang guru yang menjewer muridnya yang tidak menerima akan kejadian itu dan
melaporkannya kepada orang tua murid dan sampai berakibat fatal pada sang guru
yang harus di meja hijaukan. Kasus lainnya yang terjadi yang sampai mohon maaf
karena sampai tega berbuat cabul terhadap murid didiknya sendiri dengan
iming-iming diberikannya nilai bagus dan memuaskan. Tentunya dari kasus-kasus
yang sudah terjadi sedemikian rupanya para pendidik atau para guru dapat lebih
berpikir dengan lebih jernih apakah dengan tindakan mereka seperti itu
mencerminkan kepribadian mereka yang sebenarnya. Yang mana di gugu dan di tiru?
Kita harus lebih berpikir panjang akan semua yang kita lakukan apakah memang
dampak yang kita lakukan lebih ke positif atau ke negative? Karena tugas yang
harus di emban oleh para guru tentunya tidak mudah semata. Mereka bukan hanya
sekedar pendidik bagi para anak didiknya tetapi di balik itu mereka memberikan
pelajaran moral yang mana tentunya akan di tiru tingkah laku mereka. Bagaimana para
anak didik mereka dapat meniru dari tingkah laku apabila moral yang disampaikan
ke anak didiknya sendiri sangat bertolak belakang. Tetapi tentunya tidak semua
para guru-guru yang ada seperti itu adanya ada juga yang berprestasi dan
mempunyai loyalitas yang sangat tinggi yang sangat dihormati dan tentunya
disayangi oleh anak didik mereka. Masalah yang cukup pelik ini tentunya menjadi
pembelajaran tersendiri bagi para pendidik yang ada di tanah air. Jangan sampai
terjadi kasus demi kasus sedemikian rupa lagi yang mana seakan mencoreng moreng
sendiri slogan guru yang seharusnya yaitu di gugu dan ditiru. Mari para
guru-guru yang ada di tanah air ini lebih baik lagi dalam menyikapi hal ini dan
jangan lagi salah dalam bersikap kepada anak didik kita sendiri.
Mungkin para guru
yang berpredikat guru-guru berprestasi mencoba merenungkan pada kasus-kasus
yang terjadi kepada anak didik mereka masing-masing. Mereka mungkin bisa
mengatakan tidak etis rasanya kalau tumpuan kesalahan yang ada sekan
dibenbankan pada guru semata. Di mana sekarang ini semakin banyaknya lembaga
pendidikan guru yang jika kita lihat dengan baik seakan pendidikan itu hanya
ingin mencetak para guru yang hanya bisa mengajar akan tetapi belum tentu bisa
mendidik dan membimbing anak didik mereka sendiri. Kembali dari orientasi
lembaga pengajaran itu adalah bisnis semata. Maka tentunya tidak heran apabila
lembaha pendidikan yang ada boleh saja menjamur jumlahnya sampai ke
pelosok-pelosok desa sekalipun. Jumlah pertemuan nya pun cukup singkat hanya
satu minggu satu sampai dua kali tatap muka saja. Coba kita renungkan dengan
jernih sistem belajar yang seperti ini baik-baik? Akankah dapat menghasilkan
kualitas dari guru yang dapat menghasilkan anak didik yang baik juga untuk di
gugu dan di tiru? Sepertinya belum bisa. Belum sampai anak didik tersebut lulus
di dalam lembaga pengajar tersebut sementara ilmu yang mereka peroleh belum
juga mumpuni. Sangat disayangkan bukan? Sebagai contoh seperti ini seorang
lulusan SMK jurusan mesin yang akan melanjutkan di pendidikan agama Islam yang
nantinya tentunya mengajar agama Islam. Bisakah kita mencernanya dengan baik
yang mana tidak ada hubungannya sama sekali akan ke dua hal tersebut. Tetapi yang
menjadi pertanyaannya mahasiwa tersebut diterima di pendidikan agama Islam
tersebut dan dinyatakan lulus. Bukankah hal tersebut menjadi pernyataan yang
cukup ganjil? Coba kita cerna baik-baik hal ini dengan lebih bijaksana untuk
kebaikan kita sendiri juga tentunya. kalau pun kita meluluskan anak didik kita
dampaknya akan seperti apa ke mereka?
Bila kita kaji
lebih lagi permasalahan guru diatas tentunya juga tidak semata menyalahkan
status dari guru semata. Tentu saja slogan dari guru di gugu dan di tiru. Akan tetapi
untuk membantu dari tugas guru yang sangat mulia tersebut akan lebih baik agar
setiap warga negara Indonesia juga berusaha untuk mentaati peraturan tata
tertib dari sekolah yang ada tentunya. Setau yang kita taui tentunya tata
tertib di buat untuk tujuan bukan untuk dilanggar tetapi dengan tujuan untuk
ditaati oleh warganya. Tentunya lagi tata tertib dari sekolah bukan ditujukan
semata untuk para siswa-siswa mereka semata tetapi juga untuk para guru ;
kepala sekolah ;penjaga dab semua warga sekolah yang ada di lingkungan sekolah
itu tidak terkecuali. Saya yakin dengan sepenuh hati kasus-kasus yang menimpa
anak didik yang dilakukan oleh para guru itu tidak akan mungkin terjadi apabila
tentunya para pendidik yang ada bisa mentaati peraturan yang berlaku di sekolah
yang sudah dicantumkan dan berusaha untuk mentaatinya. Tidak mungkin akan ada
kasus yang sebaliknya terjadi yang tentunya bermula dari pendidik yang
kurangnya mencerna akan hal yang seharusnya tidak dilakukannya. Mengapa sampai
ada anak didij yang menganiaya gurunya dengan tragis yang menyebabkan kematian.
Mungkin saja anak tersebut sama sekali tidak sampai bermaksud untuk melakukan
hal tersebut akan tetapi hanya karena dengki atau kesal sesaat. Sudah
sepantasnya slogan dari guru itu kita sendiri yang dapat memahami dan
menjadikannya benar-benar mempunyai makna. Bahwa bukan sebagai pendidik yang
memberi asupan pengetahuan dan ilmu pengetahuan semata kepada anak didik kita
akan tetapi yang sebaliknya tentunya di balik itu ada yang sangat lebih bermanfaat.
Maka dari itu mulai dari sekarang kita harus bisa menerapkan di dalam pikiran
kita sendiri di mana di balik menjadi seorang pendidik yang baik kita harus
juga bisa memberikan “asupan” yang baik bagi anak didik kita yaitu penjaran
moral. Jangan sampai anak didik kita mempunyai nilai yang luar biasa bagusnya
akan tetapi kebalikannya mereka tidak mempunyai moral yang mumpuni. Alangkah prihatinnya.
Tulisan ini hanya akan menjadi sekedar
tulisan belaka kalau kita tidak merenungkannya sejenak dan berpikir ulang.
Tentunya sama sekali tidak bermaksud untuk menggurui para pendidik yang ada
akan tetapi lebih mawas diri apakah kita sudah benar-benar menjadi pendidik
yang sesuai dengan slogan guru yang sebenarnya di gugu dan di tiru?
Comments
Post a Comment